KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan adanya peningkatan suhu udara di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang semakin panas.
Temperatur rata-rata di Jawa Tengah dan DIY mengalami tren kenaikan selama 30 tahun terakhir, sejak 1990.
Kenaikan tersebut tidak terjadi secara merata namun tengah wilayah daratan mengalami kenaikan lebih tinggi daripada pesisir.
Baca juga: Joe Biden Sebut Jakarta Tenggelam 10 Tahun Lagi, Ini Kata Ahli Hidrologi
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut, meningkatnya suhu di Jateng dan DIY tersebut selain disebabkan tingginya laju perubahan penggunaan lahan juga diakibatkan karena peningkatan emisi gas rumah kaca.
"Secara mikro di kawasan Gunung Merapi, kenaikan suhu udara di sekitar wilayah Merapi ada tren kenaikan selama 30 tahun sebesar 0,7 derajat Celsius," ujarnya sebagaimana rilis yang diterima Kompas.com, Senin (11/10/2021).
Selain di kawasan Gunung Merapi, tren suhu di perkotaan dipantau juga menunjukkan tren kenaikan temperatur khusus Kota Yogyakarta dari 2007.
"Ternyata memang ada korelasi khusus antara penutup lahan dengan kenaikan suhu," ungkapnya.
Baca juga: Ramai di Twitter, Ini Penjelasan Pihak Pengelola soal Embun Es di Dieng
Sementara itu, mengacu pada Perjanjian Paris, seluruh negara diharuskan membuat kebijakan dan aksi iklim untuk mencegah suhu Bumi tidak melewati ambang batas 2 derajat Celsius dan berupaya maksimal untuk tidak melewati ambang batas 1,5 derajat Celsius dibandingkan masa pra-industri.
"Saat ini BMKG tengah mengupayakan pengumpulan data lebih jauh ke belakang yaitu selama kurun waktu 50 tahun guna melihat signifikasi perubahannya," katanya lagi.
Dwikora menambahkan, dari pantauan stasiun cuaca menunjukkan tren kenaikan temperatur khususnya di Kota Yogyarkata dari 2007 memang ada korelasi khusus antara penutup lahan dengan kenaikan suhu.
Baca juga: Soal Aktivitas Kegempaan dan Letusan Merapi, Ini Analisis BPPTKG