Pada tahun 1950, atas ajakan Mattheus van Randwijk, Adinegoro membuat atlas pertama berbahasa Indonesia.
Atlas tersebut dibuat di Amsterdam bersama Adam Bachtiar dan Sutopo yang kemudian menerbitkan Atlas Semesta Dunia (1952). Adinegoro juga menerbitkan ensiklopedia pertama dalam bahasa Indonesia berjudul Ensiklopedi Umum dalam Bahasa Indonesia (1954).
Jika menganalisis hasil karya Adinegoro, cerminan kejujuran selalu ada dalam setiap kata yang tersusun.
Dalam tiap laporan jurnalistik dan bukunya, ia mengubah kata ke bahasa Indonesia, seperti Celebes menjadi Sulawesi, Borneo menjadi Kalimantan, Batavia menjadi Bogor, dan Buitenzorg menjadi Bogor.
Setelah berkarya selama puluhan tahun, Djamaluddin Adinegoro meninggal dunia pada 8 Januari 1967 di Jakarta. Wartawan tersebut wafat saat berusia 68 tahun.
Setelah wafat, Adinegoro dianugerahi gelar Perintis Pers Indonesia oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) untuk penghargaan yang diberikan kepada insan pers. Hadiah Adinegoro menjadi tanda penghargaan tertinggi bagi setiap karya jurnalistik yang muncul setiap tahunnya.
Lantas, bagaimana kisah lengkap Djamaluddin Adinegoro dalam menjadi pelopor jurnalistik Indonesia?
Temukan jawabannya dalam siniar Tinggal Nama episode “Djamaluddin Adinegoro: Pelopor Jurnalistik Indonesia” di Spotify.
Dengarkan juga berbagai seru dan inspiratif lainnya melalui playlist YouTube Medio by KG Media. Akses sekarang juga episode ini melalui tautan dik.si/TNDjamaludin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.