Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Setiap provinsi di Indonesia memiliki sejarahnya masing-masing, khususnya pada masa-masa kemerdekaan. Pasalnya, banyak tragedi berdarah yang membuat banyak orang harus kehilangan nyawanya.
Terlebih, pemerintahan di bawah para penjajah sangat menyulitkan masyarakat lokal. Sebut saja kerja paksa pembangunan Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan yang diprakarsai oleh Daendels telah menewaskan 12 ribu pekerjanya.
Beberapa tokoh yang saat itu memperjuangkan kemerdekaan juga harus melalui situasi sulit. Pasalnya, jika tertangkap membantah penjajah, mereka harus siap dikekang dalam jeruji besi.
Salah satu penjara yang menjadi saksi bisu para tahanan tokoh Kemerdekaan ini adalah Penjara Kalisosok. Kisahnya pun dituangkan dalam audio drama siniar Tinggal Nama musim keempat bertajuk “Saksi Bisu Tahanan Kalisosok” yang dapat diakses melalui dik.si/TNKalisosok.
Dikutip dari Tugujatim, sebelumnya, ada dua jenis penjara di Kota Surabaya. Pertama, Penjara Dalam Kota yang disebut Binnenboei.
Kedua, Penjara Luar Kota yang disebut Buitenboei. Sementara itu yang menjadi cikal bakal Penjara Kalisosok adalah Penjara Binnenboei karena letaknya di dalam kota Surabaya.
Baca juga: Melihat Kembali Kehidupan dengan Sastra
Pada 1845, Penjara Binnenboei diajukan untuk diperluas dan dibesarkan. Usulan itu kemudian disetujui pada 1848 dan mulai dibangun berbagai infrastruktur di dalam Penjara Kalisosok yang menghabiskan 60.000 Gulden setara Rp520 juta dalam kurs tahun 2022.
Setelah diperbarui dan selesai pada 1850, ada lokasi 12 ruang tahanan baru yang langsung aktif digunakan. Sementara itu, Penjara Buitenboei yang ada di luar Surabaya dibongkar total.
Mengutip situs Dispusip Surabaya, Penjara Kalisosok dibangun atas perintah Gubernur Jendral Daendels pada 1 September 1808, di Kalisosok, Surabaya. Biaya pembangunannya pun menghabiskan 8.000 Gulden.
Penjara itu terletak di sebelah selatan Kalisosok 3, di Werfstraat atau di sebelah utara Jalan Rajawali dan Kembang Jepun. Orang Belanda sering menyebutnya Werfstraat Gevangenis (Penjara Jalan Werf), sementara orang pribumi biasa menyebutnya dengan Bui atau Penjara Kalisosok.
Penjara ini pernah menjadi tempat penahanan sejumlah tokoh kemerdekaan Indonesia yang dianggap mengancam pemerintah Belanda, seperti Soekarno, Wage Rudolf Soepratman dan Kiai Haji Mas Mansur.
Dilansir TribunNews, kini, penjara itu sudah tak digunakan lagi sebab Penjara Kalisosok sekarang dimiliki oleh PT Fairco Jaya Dwipa.
Meski begitu, Penjara Kalisosok merupakan tempat bersejarah bagi para ribuan penghuni bangunan tersebut. Desain dan bangunan penjara ini masih bertema kolonialisme masa lampau.
Namun, bagian bangunan seperti pintu, dinding hingga atap sudah nampak kusam dan berkarat.