Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Banjir Bandang di Chamoli, 200 Orang Tewas

Kompas.com - 07/02/2023, 08:50 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Hari ini 2 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 7 Februari 2021 terjadi banjir bandang yang melanda Chamoli, Uttarakhand, negara bagian di India.

Chamoli merupakan wilayah yang berada di kaki pegunungan Himalaya, pegunungan dengan puncak tertinggi di dunia.

Dilansir dari New Scientist, banjir bandang tersebut mengakibatkan lebih dari 200 orang tewas dan hilang.

Selain itu, kejadian tersebut juga menghancurkan infrastruktur pembangkit listrik tenaga air senilai ratusan juta dollar AS.

Penyebab dari kejadian tersebut diduga adanya runtuhan gletser besar di atas beberapa kilometer jauhnya dari Chamoli.

Baca juga: Saat Puluhan Jenazah Diduga Pasien Covid-19 Dibuang di Sungai Gangga...

Kronologi kejadian

Dikutip dari BBC, bencana dimulai di dekat puncak Ronti Peak setinggi 6 kilometer di distrik Chamoli, Uttarakhand, India.

Bongkahan batu yang tertutup gletser dengan lebar lebih dari 500 meter dan tebal sekitar 180 meter tiba-tiba lepas begitu saja.

Tim peneliti menghitung sekitar 27 juta meter kubik material terjun bebas pada saat itu.

Bila diibaratkan, volume tersebut sekitar 10 kali lipat dari Piramida Giza di Mesir.

Baca juga: Misteri Temuan Mayat-mayat di Sungai Gangga, Apa Penyebabnya?

Baca juga: Saat Ribuan Warga India Mandi Suci di Sungai Gangga di Tengah Lonjakan Kasus

Saat massa menghantam dasar lembah, ia melepaskan energi yang setara dengan 15 bom atom Hiroshima.

Pemimpin tim peneliti dari Univeristy of Calgary, Dr Dan Shugar menyebutkan, banjir bandang tersebut terjadi oleh lelehan es gletser karena bergesekan dengan material batu yang mengubahnya menjadi air.

“Rasio batu dan es serta kombinasi dengan ketinggian jatuh yang luar biasa hampir 2 kilometer, mampu memberikan panas yang cukup, melalui semua gesekan dari batuan yang hancur, hingga hampir sepenuhnya melelehkan es yang kemudian menjadi air,” kata dia.

Baca juga: Ilmuwan Prediksi Gletser di Dunia Akan Mencair, Pertama di Puncak Jaya Papua

Tidak ada peringatan dini

Gletser di Gunung Everest yang mencair mengungkapkan hal-hal misterius yang ada dibawah permukaan es.science alert Gletser di Gunung Everest yang mencair mengungkapkan hal-hal misterius yang ada dibawah permukaan es.

Aliran tersebut menghantam pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Rishiganga, dekat desa Raini, 15 kilometer jauhnya dari pusat runtuhan gletser.

Aliran yang menghantam PLTA Rishiganga dapat mencapai kecepatan 90 km/jam saat menuju pembangkit listrik tersebut.

Selain itu, banjir bandang tersebut juga menghantam PLTA Tapovan yang alirannya berkecepatan sekitar 58 km/jam.

Hampir semua yang meninggal, yaitu sekitar 204 orang merupakan pekerja atau orang yang sedang mengunjungi pembangkit listrik.

Mereka tidak memiliki peringatan dini tentang apa yang akan datang ke arah mereka.

Baca juga: [VIDEO] Detik-detik Gletser Himalaya India Longsor dan Dugaan Penyebabnya

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Akibat Pemanasan Global, Gletser di Base Camp Pendakian Everest Terus Menipis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com