Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhardis
PNS

Saat ini bekerja sebagai periset di Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas, BRIN

Pemimpi(n)

Kompas.com - 07/02/2023, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ANIES Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, di akun Instagram @aniesbaswedan baru-baru ini menulis, “Seorang pemimpin haruslah pemimpi yang memiliki ‘N’, kemampuan untuk mengubah gagasan, mimpi menjadi kenyataan.

Anies memberikan analogi dua kata, yakni mimpi dan mimpin, pemimpi dan pemimpin.

Pilihan kata-kata tersebut mampu menggelitik pendengaran. Sepertinya masih banyak penutur bahasa Indonesia yang belum bisa membedakan kata dan kelas kata.

Apakah kata yang disasar Anies benar kata mimpi? Atau malah kata lain yang mirip bunyinya, impi?

Baca juga: Kinerja Heru Budi Hartono sebagai Manager dan Pemimpin di Jakarta

Kata mimpi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai sesuatu yang terlihat atau dialami dalam tidur. Ada juga makna kiasannya, yakni angan-angan. Ingat ya, angan-angan!

Seorang yang suka bermimpi atau berangan-angan disebut sebagai pemimpi. Kata angan-angan memuat makna proses berpikir yang dipengaruhi harapan-harapan terhadap kenyataan yang logis.

Anies menguraikan angan-angan ini sebagai gagasan dan cita-cita. Agar angan-angan tersebut dapat diwujudkan menjadi suatu kenyataan, tentunya sesuatu yang diangan-angankan itu haruslah logis.

Ada pun kata impi dalam KBBI yang bermakna harapkan dengan sangat; idamkan. Sesuatu yang diharapkan dengan sangat atau sesuatu yang diidam-idamkan dapat dikatakan menjadi suatu impian.

Di sinilah bedanya kata mimpi dan impian meskipun keduanya sama-sama memuat makna angan-angan. Angan-angan pada mimpi biasanya muncul saat seseorang sedang mengalami kondisi tidur. Sementara harapan atau sesuatu yang diidam-idamkan dapat muncul saat seseorang berada dalam keadaan sadar.

Sampai di sini semakin terasa ya perbedaannya?

Cita-cita, gagasan, akan lebih mudah diwujudkan jika kita berada dalam keadaan sadar, alias tidak sedang mengigau dalam tidur. Untuk mewujudkannya, tentunya kita harus sudahi “tidur”.

Kalau kita masih dalam kondisi bermimpi, semua hanya akan menjadi mimpian, yakni cita-cita atau keinginan yang mustahil atau susah dicapai.

Pemimpin harus segera bangun dari tidurnya agar tidak terjebak menjadi pemimpi. Saat tidur, seorang pemimpi tidak mampu mendengar suara jeritan, keluhan, bahkan kritikan. Bangunlah pemimpi agar semua tidak sekadar menjadi mimpi(a)n.

Nah, berikutnya, Anies menganalogikan kata mimpi dengan mimpin. Sebenarnya kata mimpin tidak ditemukan dalam KBBI. Sepertinya, kata mimpin disingkat Anies dari kata memimpin.

Secara morfologi (Chaer, 2010) kata memimpin tidak terbentuk dari prefiks me- yang melekat pada kata dasar mimpin. Kata memimpin terbentuk dari proses melekatnya kata pimpin dengan prefiks me- yang bermakna mengetuai, mengepalai, memandu, atau melatih.

Baca juga: 5 Jenis Pemimpin dalam Ekosistem Changemakers Indonesia

Seorang pemimpin haruslah seorang pemimpi. Hal yang disasar Anies ialah seorang pemimpin harus memiliki gagasan, cita-cita, ide, demi yang dipimpinnya. Pemimpin harus memiliki kemampuan menerjemahkan semua gagasan tersebut menjadi kenyataan.

Anies juga menyinggung bahwa anak muda punya mimpi, anak muda adalah stok pemimpin masa depan. Tuturan Anies tersebut multitafsir. Anak muda punya mimpi, jadi, mereka menjadi stok pemimpin. Artinya anak muda harus memiliki kemampuan menerjemahkan mimpinya menjadi kenyataan, barulah mereka bisa menjadi pemimpin, bukan sekadar pemimpi.

Bagaimana dengan “anak tua” atau mereka yang sudah tidak anak-anak dan tidak muda lagi? Apakah mereka pantas menjadi pemimpin atau hanya sebatas pemimpi?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com