Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Terorisme Dalam Catatan Sejarah

Kompas.com - 06/02/2023, 21:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Dalam kehidupan, kita tak selalu mengalami hari-hari baik. Ada pula hari mengerikan yang membuat kita bergidik ketakutan. Misalnya saat mengetahui serangan terorisme atau bahkan kita yang menjadi korban peneroran.

Tentunya, hal ini berdampak pada kondisi mental kita. Teror yang dilancarkan akan membuat korbannya jadi penuh tanda tanya. Bahkan, korban pun akan mengalami perasaan cemas, takut, hingga trauma atas kejadian yang menimpanya.

Seperti ketiga tokoh dalam serial “Rubik” milik siniar Tinggal Nama episode “Sumpah!” dengan tautan bit.ly/TNRubikE4 yang mendapat teror digital mengerikan. Tak hanya itu, bahkan mereka pun juga diteror dalam bentuk mimpi dan barang.

Terorisme dalam Catatan Sejarah

Mengutip Britannica, istilah terorisme pertama kali diciptakan dari bahasa Prancis le terreur pada 1790 sebagai penggambaran aksi kaum revolusioner terhadap lawan mereka. Ini ditunjukkan oleh Maximilien Robespierre dari Partai Jacobin yang melakukan “pemerintahan teror” karena kerap melakukan eksekusi massal dengan guillotine.

Robespierre melakukan aksi itu secara brutal. Ia bahkan tega memenggal 40.000 orang yang menentang pemerintahannya.

Baca juga: Alexandra Tilman, Sajak Duka Santa Cruz

Kemudian, pada pertengahan abad ke-19, terorisme mulai banyak dilakukan di Eropa Barat, Rusia dan Amerika. Banyak orang percaya aksi ini efektif untuk melakukan revolusi politik maupun sosial dengan cara membunuh orang-orang dalam pemerintahan.

Hal ini terlihat di Uni Soviet dan Jerman karena terdapat banyak kelompok anarkis, sosialis, fasis, dan nasionalis yang menentang pemerintahan Stalin dan Nazi. Selain itu, pada 1890, ada pula aksi terorisme Armenia yang melawan pemerintah Turki. Sayangnya, aksi ini berakhir dengan pembunuhan massal warga Armenia pada Perang Dunia I.

Kemudian, bentuk terorisme yang ditujukan untuk tokoh politik ini berubah. Pada tahun 1950-an, partai FLN (Front Pembebasan Nasional) di Aljazair mempopulerkan serangan acak yang mengarah ke masyarakat sipil. Hal ini dilakukan untuk memukul mundur pemerintah Prancis yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.

Serangan 9/11 Menjadi Aksi Terorisme Paling Mengerikan

Pada tahun 2000-an, dunia dikejutkan dengan salah satu aksi teror yang paling mengerikan. Dari sinilah aksi terorisme yang mengarah pada suatu agama tertentu muncul. Pada 11 September 2001, terdapat empat serangan bunuh diri yang telah diatur terhadap beberapa target di New York City dan Washington, D.C.

Mengutip History, pada pagi itu, 19 pembajak dari kelompok militan Al-Qaeda, membajak empat pesawat berpenumpang. Mereka sengaja menabrakkan dua pesawat ke World Trade Center di New York City yang membuat kedua menara runtuh dalam kurun waktu dua jam.

Pembajak juga menabrakkan pesawat ketiga ke Pentagon di Arlington, Virginia yang membuat bangunan mengalami kerusakan. Ketika penumpang berusaha mengambil alih pesawat keempat yang menargetkan U.S. Capitol, pesawat ini jatuh di lapangan dekat Shanksville, Pennsylvania.

Menurut laporan tim investigasi, ada sekitar 3.000 jiwa tewas dalam serangan ini. Hal ini lantas menjadikannya sebagai serangan teroris dengan jumlah korban terbanyak sepanjang sejarah.

Baca juga: 5 Kasus Kejahatan yang Disertai Surat Misterius

Sang pemimpin, Osama bin Laden, mengaku motif di balik serangan ini adalah adanya dukungan AS terhadap Israel, keberadaan tentara AS di Arab Saudi, dan sanksi terhadap Irak sebagai motif serangan ini.

Terorisme Masa Kini

Pada saat ini, aksi terorisme pun masih kerap menghantui masyarakat di seluruh dunia. Sebab, yang pelaku inginkan adalah rasa ketakutan khalayak luas. Bahkan, pelaku pun tak akan gentar jika mereka harus mengorbankan nyawanya.

Menurut Ganor (2003) terorisme modern tumbuh seiring dengan perkembangan senjata inovatif dan alat transportasi modern. Inovasi dalam teknologi senjata telah membuat senjata mematikan menjadi lebih kecil dan lebih portabel, namun lebih sulit untuk dideteksi.

Bahkan, bom bernama “Mother of Satan” dengan daya ledak luar bisa bisa diracik oleh orang awam sekali pun. Melansir MIC, bom ini terbuat dari aseton peroksida yang merupakan bahan peledak dengan sembilan atom yang terkandung dalam satu cincin.

Salah satu kasus yang diduga menggunakan bom jenis ini adalah ledakan di Polres Asta Anyar, Bandung. Aksi ini dilakukan oleh seseorang yang membawa bom bunuh diri di ransel belakang tubuhnya. Akibatnya, ada sebelas korban dalam peristiwa naas ini.

Selain itu, aksi terorisme semakin disokong dengan perkembangan teknologi, mulai dari media massa hingga platform komunikasi lainnya. Melalui berita, para pelaku teror berharap akan muncul rasa ketakutan di masyarakat. Kelengahan itu yang membuat para pelaku dapat memaksimalkan dampak dari operasi mematikan mereka.

Perkembangan teknologi juga membantu para pelaku untuk menyebarkan propaganda. Dalam serial Caliphate (2020) misalnya, para tokohnya berhasil terhasut bujuk rayu para teroris melalui video-video yang ditampilkan.

Lantas, bagaimana kelanjutan kisah Abigail, Giselle, dan Irish? Apakah mereka berhasil selamat dari rangkaian teror yang mengancam?

Temukan jawabannya dengan mulai mendengarkan serial “Rubik” episode “Sumpah!” dari siniar Tinggal Nama di Spotify!

Dengarkan juga kisah-kisah mencekam lainnya melalui playlist YouTube Medio by KG Media. Akses sekarang juga episodenya melalui tautan bit.ly/TNRubikE4.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com