Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemacetan di Jabodetabek Disebutkan Menggila, Bagaimana Solusinya?

Kompas.com - 03/02/2023, 09:03 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Menurut pengamat transportasi dan tata kota Universitas Trisakti Yayat Supriatna, kapasitas jalan di Jabodetabek saat ini sudah terbatas.

Ia menyebut, penerapan aturan pelat kendaraan nomor ganjil-genap tidak lagi berpengaruh. Hal ini karena jumlah kendaraan pribadi sudah hampir sama banyaknya di dua pembatasan tersebut. Kondisi ini otomatis membuat kemacetan semakin parah

Meski begitu, ia menjelaskan ada solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kepadatan pengguna jalan seperti saat ini.

Cara pertama yang dapat dilakukan, menurutnya, adalah dengan mengintegrasikan angkutan umum yang ada.

"Kalau KRL MRT penuh di jam kerja, wajarlah karena itu jam padat. Tinggal bagaimana nanti angkutan umum diintegrasikan secara jadwal dan tarif," jelasnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (2/2/2023).

Baca juga: 6 Fakta soal Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Progres hingga Biayanya

Adanya integrasi antarangkutan umum ini menurutnya akan menjadi daya tarik untuk mengajak warga pindah menggunakan transportasi publik.

Sayangnya, saat ini, Transjakarta, KRL, MRT, dan nanti LRT belum benar-benar terintegrasi dan jumlah kapasitasnya masih terbatas.

"Harus di bawah satu manajemen dan satu ekosistem layanan," tambahnya.

Yayat memandang, hal ini sangat mungkin dilakukan oleh para pemangku kebijakan. Hal ini terutama karena sudah ada PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ).

PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ) merupakan perusahaan gabungan antara PT MRT Jakarta dan PT KAI yang dibuat untuk membuat transportasi terintegrasi di Jabodetabek.

Adanya transportasi yang terintegrasi, menurutnya, dapat memudahkan pekerja antarkota karena perjalannannya lancar, tepat waktu, dan tarif lebih terjangkau daripada naik kendaraan pribadi.

Baca juga: 5 Kota Paling Macet di Indonesia, Mana Saja?

Perluasan wilayah kerja

Bukan hanya dari sisi sarana transportasi, Yayat juga menyoroti adanya penumpukan lokasi perkantoran menjadi penyebab kepadatan di Jabodetabek.

"Pusat konsentrasi pergerakan di Jabodetabek adalah di wilayah Jakarta Selatan dan Pusat," ujarnya.

Pemusatan lokasi pekerjaan ini membuat pergerakan kendaraan mengarah ke dua kawasan tersebut. Padahal, kondisi jalan yang ada tidak memungkinkan untuk menampung banyak kendaraan.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com