Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update Kasus Kalideres: Polisi Ungkap Gunungan Sampah di Dalam Rumah, Buku Agama, Belatung, hingga Titik Terang Motif Kematian

Kompas.com - 17/11/2022, 09:00 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 Libatkan ahli ungkap motif kematian keluarga Kalideres

Upaya polisi mengusut tuntas penyebab dan motif kasus ini melibatkan sejumlah ahli.

Kepolisian melibatkan Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor), laboratorium forensik, Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis), ahli patologi anatomi, forensik medikolegal, hingga ahli toksikologi.

"Ini memang nanti ahli yang akan jelaskan. Ini merupakan interkolaborasi profesi, berbagai ahli dalam rangka scientific crime investigation," kataHengki.

Dari hasil penyelidikan forensik digital, polisi juga sudah menemukan titik terang terkait motif.

Dugaan-dugaan terkait motif kematian satu keluarga itu disebut sudah terpatahkan dengan adanya penelusuran forensik digital.

Temuan-temuan itu, kata Hengki, dilanjutkan dengan penyelidikan konvensional.

Namun, ketika ditanya dugaan motif apa yang terpatahkan, Hengki enggan menyampaikan lebih lanjut.

Keluarga dikenal cuek dan tertutup

Dilansir dari Kompas.com, Rabu (16/11/2022), sebelum tinggal di Perumahan Citra Garden, kelaurga itu tinggal di Gang Lilin 11 RT 007 RW 003, Kelurahan Gunung Sahari Utara, Kemayoran, Jakarta Pusat.

Bekas Ketua RT di Gang Lilin 11, Muhammad Mundji (70) mengatakan, masa kecil Rudyanto memang dihabiskan di rumah kedua orangtuanya di Gang Lilin.

Ayah Rudyanto, Tan Giok Tjin, sudah tinggal di rumah itu sejak tahun 1960-an.

Tan dan istrinya memiliki tiga anak bernama Rudyanto, Budyanto dan Cacang. Baik orangtua dan anak, keluarga ini memang dikenal tertutup oleh para tetangga.

"Orangnya baik tapi tertutup. Dari kecil sudah tertutup. Enggak banyak omong dan pendiam," katanya saat ditemui TribunJakarta.com di rumahnya pada Rabu (16/11/2022).

Saat dewasa, Rudyanto menikah dengan Margaretha dan tinggal satu rumah bersama orangtuanya.

Budianto juga masih tinggal di rumah ayahnya lantaran belum menikah. Sementara Cacang yang sudah menikah memilih pindah rumah.

"Jadi yang tinggal di sana orang tuanya, Rudyanto, istrinya, Dian sama Budianto," ujar Mundji.

Pada tahun 1997, Tan Giok Tjin sempat terjatuh dari kamar mandi rumahnya. Tan mengeluh kesakitan dan sulit berjalan. Dia hanya bisa terbaring di kamar tidur.

Namun, anak-anak dan menantunya tak ada yang mengurusi ayahnya saat sakit.

Bahkan, istri Tan sampai minta pertolongan Mundji, yang kala itu masih menjabat Ketua RT untuk mengurusi suaminya.

Mundji kerap diminta belikan obat oleh istri Tan. Selain itu, ia juga pernah mengantarkan Tan ke rumah sakit naik bajaj oren.

Tak lama, Mundji mendapatkan kabar dari istri Tan bahwa Tan sudah meninggal. Jasadnya terbaring di kasur.

Sebagai ketua RT, Mundji sendiri yang mengurusi semua surat-surat kematian Tan. Tak berselang lama sejak Tan meninggal, sang istri menyusul.

Mundji tak tahu penyakit apa yang sesungguhnya diderita Tan Giok Tjin dan istrinya.

"Sama anak-anaknya enggak dibawa ke dokter sehingga enggak tahu penyakitnya apa," ujar Mundji.

Selepas kepergian kedua orangtuanya, Rudy menjual rumah tersebut dan pindah ke Perumahan Citra Garden, Kalideres, hingga akhir hayatnya.

(Sumber: Kompas.com/Ihsanuddin, Zintan Prihatini | Editor: Larissa Huda, Irfan Maullana, Nursita Sari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com