Dissociative disorder sendiri merupakan gangguan atau diskontinuitas dalam integrasi normal, kesadaran, memori, identitas, emosi, persepsi, representasi tubuh, kontrol motorik, dan perilaku.
"Gejala disosiatif ini berpotensi untuk mengganggu setiap area fungsi psikologis manusia dalam aktivitas sehari-hari," kata Ratna
DID ditandai dengan adanya dua atau lebih kepribadian yang berbeda. Masing-masing identitas kepribadian tersebut dapat memiliki nama, usia, gestur, perilaku, ras, hingga jenis kelamin yang berbeda-beda.
Namun, semuanya dapat dilakukan oleh satu badan dan bisa hidup bersama meski dengan peran masing-masing.
Menurut Ratna, pengidap gangguan kepribadian ganda umumnya tidak menyadari bahwa dirinya memiliki kepribadian alternatif.
Baca juga: Kebaya Merah dan Sederet Kasus Konten Porno yang Pernah Gemparkan Publik
Kepribadian ganda lebih banyak dimiliki oleh perempuan dibandingkan laki-laki.
Dilansir dari Cleveland Clinic, kebanyakan penderita kepribadian ganda akan mengelola gangguan ini selama sisa hidup mereka.
Kendati demikian, kombinasi perawatan dapat membantu mengurangi gejala sehingga penderita dapat belajar untuk mengontrol perilaku mereka.
Menurut WebMD, beberapa pengobatan yang dilakukan dalam jangka panjang dapat membantu meringankan gejala kepribadian ganda. Pengobatan itu berupa perawatan yang meliputi:
Tidak ada perawatan obat untuk gangguan identitas disosiatif. Oleh sebab itu, satu-satunya cara adalah dengan pendekatan berbasis psikologis sebagai terapi andalan.
Pengobatan gangguan yang terjadi bersamaan, seperti depresi atau gangguan penggunaan zat, sangat penting untuk perbaikan secara keseluruhan. Pasalnya, gejala gangguan disosiatif sering terjadi dengan gangguan lain, di antaranya kecemasan dan depresi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.