Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemeran "Kebaya Merah" Berkepribadian Ganda, Gangguan Mental Apakah Itu?

Kompas.com - 12/11/2022, 06:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sosok pemeran wanita dalam video asusila "Kebaya Merah" disebut memiliki gangguan jiwa berupa kepribadian ganda.

Hal itu disampaikan oleh Kabid Humas Polda Jatim Kombes Dirmanto,  Kamis (10/11/2022).

"AH adalah ini berkepribadian ganda. Tapi secara hukum nanti akan dipastikan oleh ahli," ucapnya, dilansir dari Kompas.com, Jumat (11/11/2022).

Saat ini, Dirmanto mengatakan bahwa AH tengah menjalani proses observasi di RS Bhayangkara bersama para ahli.

Lantas, apakah kepribadian ganda ini memicu perilaku seks menyimpang?

Baca juga: Kebaya Merah dan Fenomena Masyarakat Konten

Penjelasan psikolog

Psikolog sekaligus Dosen di UNISA Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani menjelaskan bahwa kepribadian ganda bisa disebabkan oleh luka dan trauma yang dapat memicu terjadinya penyimpangan seksual.

"Mungkin ada trauma luka batin lainnya yang didapatkan semasa kecil berupa kekerasan fisik hingga seksual, sehingga muncul atau termanifestasi dalam kebutuhan seksual yang kita sebut dengan kelainan," ujar Ratna, saat dikonfirmasi oleh Kompas.com, Jumat (11/11/2022).

Menurut Ratna, mempertontonkan anggota tubuh kepada umum merupakan salah satu bentuk gangguan psikologi atau gangguan perilaku seksual bernama eksibisionis. 

"(Hal itu) mengakibatkan si kebaya merah berani mengambil peran tersebut tanpa berpikir panjang dengan akibatnya," kata Ratna.

"Sebab dalam kondisi penuh tekanan atau kondisi alpa dari kesadaran, kita dapat mengambil keputusan yang salah atau tidak semestinya," tandas dia.

Trauma di masa kecil, baik berupa kekerasan fisik, seksual, atau emosional yang terjadi berulang, bisa saja terbawa hingga dewasa dan menjadi sebuah mekanisme pertahanan diri atau dikenal dengan defense mechanism.

Defense mechanism ini dapat keluar dalam bentuk perilaku melindungi diri dari mulai berbohong, menjadi pribadi yang berkebalikan, hingga agresif. Tujuannya, agar ego diri dapat diselamatkan dari luka batinnya.

"Hal inilah yang menguatkan pendapat kenapa seseorang dapat memiliki kepribadian ganda. Sebab dia berlindung pada mekanisme pertahanan diri yang ditampakkan untuk melindungi ego dirinya agar tetap survive hidup dengan menurunkan luka batin," terang Ratna.

Jika dilakukan terus menerus akan menjadi sebuah kepribadian yang di satu sisi bisa tampak berbeda dengan sisi lainnya.

Baca juga: Warganet Soroti Kepolisian yang Gercep soal Video Porno Kebaya Merah

Ilustrasi kepribadian gandaShutterstock Ilustrasi kepribadian ganda

Mengenal kepribadian ganda

Kepribadian ganda adalah salah satu gangguan disosiatif berupa terganggunya identitas disosiatif atau dikenal dengan istilah DID (Dissosiatif Identity disorder).

Dissociative disorder sendiri merupakan gangguan atau diskontinuitas dalam integrasi normal, kesadaran, memori, identitas, emosi, persepsi, representasi tubuh, kontrol motorik, dan perilaku.

"Gejala disosiatif ini berpotensi untuk mengganggu setiap area fungsi psikologis manusia dalam aktivitas sehari-hari," kata Ratna

DID ditandai dengan adanya dua atau lebih kepribadian yang berbeda. Masing-masing identitas kepribadian tersebut dapat memiliki nama, usia, gestur, perilaku, ras, hingga jenis kelamin yang berbeda-beda.

Namun, semuanya dapat dilakukan oleh satu badan dan bisa hidup bersama meski dengan peran masing-masing.

Menurut Ratna, pengidap gangguan kepribadian ganda umumnya tidak menyadari bahwa dirinya memiliki kepribadian alternatif.

Baca juga: Kebaya Merah dan Sederet Kasus Konten Porno yang Pernah Gemparkan Publik

Apakah bisa sembuh?

Kepribadian ganda lebih banyak dimiliki oleh perempuan dibandingkan laki-laki.

Dilansir dari Cleveland Clinic, kebanyakan penderita kepribadian ganda akan mengelola gangguan ini selama sisa hidup mereka.

Kendati demikian, kombinasi perawatan dapat membantu mengurangi gejala sehingga penderita dapat belajar untuk mengontrol perilaku mereka.

Menurut WebMD, beberapa pengobatan yang dilakukan dalam jangka panjang dapat membantu meringankan gejala kepribadian ganda. Pengobatan itu berupa perawatan yang meliputi:

  1. Psikoterapi
  2. Hipnoterapi
  3. Terapi tambahan.

Tidak ada perawatan obat untuk gangguan identitas disosiatif. Oleh sebab itu, satu-satunya cara adalah dengan pendekatan berbasis psikologis sebagai terapi andalan.

Pengobatan gangguan yang terjadi bersamaan, seperti depresi atau gangguan penggunaan zat, sangat penting untuk perbaikan secara keseluruhan. Pasalnya, gejala gangguan disosiatif sering terjadi dengan gangguan lain, di antaranya kecemasan dan depresi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com