Sementara itu, Satelit Sentinel-5P Eropa, bagian dari konstelasi Copernicus pemantau Bumi, juga mencoba mengamati ruang lingkup kebocoran tersebut.
Mereka mengatakan sekitar 300.000 ton metana diyakini telah terperangkap di jaringan pipa yang tidak aktif pada saat kebocoran.
Menurut Badan Energi Denmark, kebocoran sempat berhenti pada Minggu (2/10/2022) dan sudah diperbaiki.
Dilaporkan jaringan pipa tersebut tidak mengangkut gas alam. Namun, pipa itu masih memiliki cadangan metana yang mengalir.
Baca juga: Penjelasan Dokter soal Apakah Mata Merah Korban Kanjuruhan akibat Gas Air Mata Bisa Sembuh?
Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 adalah dua jalur pipa yang menghubungkan Rusia dan Jerman. Pipa ini milik Rusia.
Pipa tersebut tidak mengangkut gas pada saat beberapa ledakan mulai terjadi. Hanya saja, pipa itu mengandung metana, komponen utama gas alam bertekanan yang dimuntahkan.
Kebocoran gas metana itu menghasilkan aliran gelembung yang luas di permukaan laut.
Awalnya gelembung itu menyembur ke permukaan air dan meningkatkan kekhawatiran di kalangan pecinta lingkungan tentang dampak berbahaya pada iklim.
Baca juga: Gas Air Mata di Stadion Kanjuruhan Kedaluwarsa, Apa Dampaknya?
Menurut India Today, metana adalah komponen utama gas alam dan merupakan gas rumah kaca paling kuat kedua setelah karbon dioksida.
Gas metana merupakan penyumbang utama pemanasan planet ini. Gas ini bisa memperburuk pemanasan global dan efek perubahan iklim jika dilepaskan ke atmosfer.
Gas metana bersifat sangat mudah terbakar sehingga ketika kontak dengan udara dapat meningkatkan risiko ledakan. Hal ini juga secara langsung mengurangi kualitas udara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.