Segala gagasan dan keinginannya, ia utarakan dengan suara datar, kendati menimbulkan getaran. Cara penyampaiannya, selalu berada dalam wilayah sejuk, tidak mengumbar api kemarahan.
Dalam konteks itu, AA menampilkan diri sebagai individu yang menyenangi dan terobesesi dengan perubahan, tapi tidak dengan cara-cara kekerasan.
Sebagai pemikir sosial, AA tidak mudah tergoda dengan isu kekinian, tanpa kontemplasi yang dalam. Ia merespons sesuatu dengan ketajaman nalar, penuh perhitungan dan perbandingan.
Ia merespons segala ihwal yang mengitarinya, dengan analisis, bukan dengan retorika yang menggebu dan menohok. Segalanya ia proses melalui perenungan yang luar biasa dalam. Di situlah ia berdiri kokoh dan membedakan dirinyan dengan yang lain-lainnya.
Ketajaman intuisi dan kepekaan radarnya dalam menghadapi pelbagai realitas adalah hasil olahan panjang dari jejak kehidupannya.
Ia adalah aktivis tulen sejak muda yang terbiasa dengan multi agenda. Ia pernah menjadi seorang jurnalis yang melatih indra dan intuisinya untuk selalu gelisah menemukan jawaban dan mencari sumber persoalan.
Makanya, agenda kegelisahan intelektual AA adalah agenda tanpa tepian subjek dan batas waktu. Adrenalin untuk menemukan jawaban selalu memompanya untuk berpikir, tanpa jeda.
Bila kita jeli menyimak, jelas sekali terpampang, wilayah edar perjuangan intelektual AA, adalah penegakan etika dan moral. Baginya, kehidupan manusia, lebih khusus lagi, kehidupan bangsa kita, bisa mengalami kohesi bila aspek etika dan moral itu menjadi pangkalan pendaratan kita semua.
Kebebasan tanpa etika dan moral adalah anarki. Persamaan akan jadi ilusi bilamana etika dan moral tidak ditegakkan. Begitu jalan pikiran AA.
Sebagai ilmuwan, AA belum pernah mengumandangkan dan menjajakan diri sebagai ilmuwan. Ia selalu berendah diri. Tidak ingin menonjol dan tak sudi disoraki dengan gemuruhnya tepuk tangan.
Ia bukan tokoh panggung yang surplus dengan keinginan untuk disanjung dan dipuja. Ia malah cenderung menghindari sorak sorai.
AA bagai senar harpa, instrumen musik yang mengalunkan kelembutan dan kesejukan. Senar-senar harpa itu sekilas hanyalah bentangan garis-garis. Namun, bila pemain harpa memetiknya, maka senar-senar itu mengalunkan musik yang amat dahsyat. Malah ada yang mempercayai bahwa alunan musik harpa bisa mengobati penyakit.
Baca juga: Mengenal CBE, Gelar Kehormatan Azyumardi Azra dari Kerajaan Inggris
AA adalah ibarat senar-senar harpa. Diam begitu saja, seolah tak berarti. Tapi bila dipetik, ilmu AA mengalir deras, sebagaimana alunan musik harpa tersebut.
Pada tahun 2010, saya bersama AA menghadiri konferensi internasional tentang peradaban manusia, di Yunani. Di forum itu, saya perkenalkan AA dengan Johan Galtung, pemikir sosial kontemporer, yang mencurahkan perhatiannya pada kekerasan struktural.
AA sangat gembira hari itu, berkenalan dekat dengan Galtung. Ia ternyata selalu mengikuti pemikiran dan teori-teori kekerasan Galtung.