Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update Corona 26 Juni 2022: Indonesia Rencanakan Pengetatan Syarat Perjalanan | Shanghai Umumkan Nol Kasus

Kompas.com - 26/06/2022, 10:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus Covid-19 masih merebak di sejumlah negara di penjuru dunia. Worldometers per Minggu (26/6/2022) pukul 7.31 WIB mencatat, capaian kasus konfirmasi Covid-19 di dunia mencapai 548.602.376.

Dari total kasus konfirmasi Covid-19 itu, Amerika serikat berada di posisi pertama dengan total Covid-19 sebanyak 88.742.629 kasus. Disusul oleh India yang menyumbangkan kasus Covid-19 sebanyak 43.391.331 dan Brasil 32.061.959 kasus.

Sedangkan Jerman justru mengalami lonjakan kasus harian Covid-19 yang paling tinggi, yakni 89.336. Dan kenaikan kasus harian di Italia yang mencapai 56.386 juga sangat memprihatinkan.

Berikut 10 negara di dunia dengan kasus Covid-19 tertinggi:

  1. Amerika Serikat: 88.742.629 kasus, 1.040.767 pasien meninggal, dan 84.394.442 dinyatakan sembuh.
  2. India: 43.391.331 kasus, 524.974 meninggal dunia, dan 42.761.481 sembuh.
  3. Brasil: 32.061.959 kasus, 670.418 meninggal dunia, dan 30.566.088 dinyatakan sembuh.
  4. Perancis: 30.513.713 kasus, 149.317 meninggal dunia, dan 29.471.747 sembuh.
  5. Jerman: 27.771.111 kasus, 140.734 meninggal dunia, dan 26.406.100 sembuh.
  6. Inggris: 22.592.827 kasus, 179.927 meninggal dunia, dan 22.108.989 dinyatakan sembuh.
  7. Rusia: 18.415.877 kasus, 380.837 meninggal dunia, dan 17.842.800 sembuh.
  8. Korea Selatan: 18.319.773 kasus, 24.516 meninggal dunia, dan 18.150.382 sembuh.
  9. Italia: 18.184.917 kasus, 168.058 meninggal dunia, dan 17.313.380 dinyatakan sembuh.
  10. Turki: 15.085.742 kasus, 98.996 meninggal dunia, dan 14.986.340 dinyatakan sembuh.

Baca juga: Update Corona 25 Juni 2022: Covid-19 Indonesia Tembus 2.000 Kasus

Covid-19 di Indonesia

Situasi Covid-19 di Indonesia mengalami kenaikan sejak ditemukannya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5. Bahkan, kenaikan Covid-19 di Indonesia pernah tembus hingga 2.069 pada Jumat (24/6/2022).

Kendati demikian, tren kenaikan kasus Covid-19 ini dilaporkan mengalami penurunan meskipun kecil.

Satgas Penanganan Covid-19 pada Sabtu (25/6/2022) pukul 12.00 WIB menyebutkan bahwa angka kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia mengalami penurunan selama 24 jam terakhir, yakni ada 1.831 kasus.

Artinya, total kasus Covid-19 di Indonesia saat ini mencapai 6.078.725, terhitung sejak kasus pertama diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020.

Dari total kasus Covid-19 tersebut, 156.714 pasien dinyatakan meninggal dunia, dan 5.908.043 warga Indonesia yang terpapar virus corona sembuh.

Baca juga: Kasus Harian Covid-19 Indonesia Tembus di Atas 1.000, sampai Kapan Potensi Kenaikan Akan Terjadi?

Positivity rate di atas 10 persen

Pemerintah terus melakukan uji spesimen untuk memantau positivity rate Covid-19 di Indonesia.

Dilansir dari Kompas.com (25/6/2022), tercatat ada 64.500 spesimen yang diperiksa dari 48.204 orang. Dengan begitu, total jumlah spesimen yang sudah diperiksa sejak awal pandemi Covid-19 adalah 100.449.034 dari total 66.310.567 orang.

Dari data yang sama, tercatat positivity rate harian 3,80 persen. Kendati demikian, jika hanya didasarkan oleh tes swab PCR dan TCM, positivity rate mencapai 11,28 persen.

Angka positivity rate yang tinggi juga terjadi di DKI Jakarta. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dwi Oktavia menyebutkan, positivity rate kasus Covid-19 di DKI Jakarta kembali mencapai 10 persen.

"Positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta sebesar 10 persen," tuturnya kepada Kompas.com (24/6/2022).

Baca juga: Update Corona 20 Juni: Korea Utara Hadapi Wabah Penyakit Usus di Tengah Pandemi Covid-19

Pengetatan dan tes Swab

Masih dilansir dari laman yang sama, Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan saat ini Jakarta sudah harus melakukan pengetatan sebelum terjadinya lonjakan kasus Covid-19.

"Sudah waktunya kita melakukan pengetatan ketat. Tidak seperti lockdown. Pengetatan ini dimulai dari 3T. Enggak mesti masif, tapi terwakili dan terjaga kualitas dan kuantitasnya," kata Dicky.

Pengetatan yang dimaksud adalah melakukan tes pelacakan dan penerapan protokol kesehatan secara konsisten.

Hal serupa juga disampaikan oleh Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito yang mengatakan adanya rencana pengetatan syarat perjalanan.

"Tidak menutup kemungkinan akan ada pengetatan screening atau langkah mitigasi lainnya jika kasus terus meningkat," kata Wiku, dikutip dari Kompas.com, Rabu (22/6/2022).

Rencana pengetatan itu bertujuan untuk mencegah penularan Covid-19 dan menurunkan tren peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia.

Baca juga: Kasus Covid-19 Alami Kenaikan, Bagaimana Kebijakan Bermasker di Luar Ruangan?

Shaghai nol kasus

Di saat kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia masih di atas 1.000, pemerintahan China justru mengumumkan kabar baik.

Mereka melaporkan bahwa untuk pertama kalinya sejak Maret 2022, kasus Covid-19 di Shanghai tercatat nol kasus.

"Tidak ada kasus Covid-19 domestik baru yang dikonfirmasi dan tidak ada infeksi tanpa gejala domestik baru di Shanghai," ujar pemerintah setempat, dilansir dari Aljazeera (25/6/2022).

Sebelumnya, pemerintah terpaksa mengunci pusat ekonomi Shanghai selama berbulan-bulan lantaran adanya lonjakan Covid-19 pada musim semi ini.

Bahkan Beijing juga menutup sekolah dan kantor selama berminggu-minggu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Video Viral Pusaran Arus Laut di Perairan Alor NTT, Apakah Berbahaya?

Tren
Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Sosok Rahmady Effendi Hutahaean, Eks Kepala Kantor Bea Cukai Purwakarta yang Dilaporkan ke KPK

Tren
Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Harta Eks Kepala Bea Cukai Purwakarta Disebut Janggal, Benarkah Hanya Rp 6,3 Miliar?

Tren
5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

5 Potensi Efek Samping Minum Susu Campur Madu yang Jarang Diketahui

Tren
5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

5 Penyebab Anjing Peliharaan Mengabaikan Panggilan Pemiliknya

Tren
8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

8 Fakta Penggerebekan Laboratorium Narkoba di Bali, Kantongi Rp 4 Miliar

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: 50 Orang Meninggal, 27 Warga Dilaporkan Hilang

Tren
Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Rusia Temukan Cadangan Minyak 511 Miliar Barel di Antarktika, Ancam Masa Depan Benua Beku?

Tren
Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Duduk Perkara Kepala Bea Cukai Purwakarta Dibebastugaskan, Buntut Harta Kekayaan Tak Wajar

Tren
Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Tren
Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal 'Muncak' di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal "Muncak" di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Tren
Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Tren
Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com