Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Pernah Dinyatakan Bebas PMK, Mengapa Penyakit Itu Datang Lagi?

Kompas.com - 16/05/2022, 09:05 WIB
Alinda Hardiantoro,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang baru-baru ini menyerang hewan ternak di sejumlah wilayah di Indonesia bukan kali pertama terjadi.

Sebelumnya, penyakit serupa juga pernah terjadi di Indonesia, tepatnya pada 1887.

Saat itu, Pemerintah Indonesia membutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun untuk membebaskan PMK dari Indonesia.

Baca juga: Penyakit Mulut dan Kuku Tak Menular ke Manusia, Hewan yang Terdampak Aman Dikonsumsi?

Dilansir dari Antara, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) akhirnya menyatakan bahwa Indonesia bebas PMK pada 1990.

"Indonesia perlu waktu 98 tahun untuk membebaskan PMK dari bumi Indonesia pada 1986 yang kemudian diakui oleh OIE pada 1990," terang Slamet Raharjo, Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan UGM, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (15/5/2022).

Kendati demikian, kasus PMK kembali ditemukan di Gresik dan beberapa kabupaten lainnya di Jawa Timur pada Kamis (28/4/2022).

Kasus tersebut diikuti oleh laporan kasus PMK di sejumlah daerah, seperti Semarang, Lombok, hingga Aceh.

Baca juga: Antraks Menyebar di Gunungkidul, Ini Penyebab, Gejala dan Pencegahannya

Lantas, mengapa kasus PMK kembali muncul di Indonesia setelah tiga puluh tahun dinyatakan bebas dari Indonesia?

Penjelasan ahli

Peternak meminumkan jamu tradisional berupa larutan kunyit dan temu hitam sebagai antibiotik alami serta penambah nafsu makan pada sapi peliharaannya di Peternakan Sari Rumput, Malang, Jawa Timur, Kamis (12/5/2022). Pemberian jamu tradisional tersebut dilakukan setiap tiga hari sekali untuk memperkuat daya tahan tubuh sapi agar tidak terjangkit wabah penyakit kuku dan mulut (PMK).ANTARA FOTO/ARI BOWO SUCIPTO Peternak meminumkan jamu tradisional berupa larutan kunyit dan temu hitam sebagai antibiotik alami serta penambah nafsu makan pada sapi peliharaannya di Peternakan Sari Rumput, Malang, Jawa Timur, Kamis (12/5/2022). Pemberian jamu tradisional tersebut dilakukan setiap tiga hari sekali untuk memperkuat daya tahan tubuh sapi agar tidak terjangkit wabah penyakit kuku dan mulut (PMK).

Menurut Slamet, penularan PMK hingga saat ini belum bisa dipastikan asalnya. Kendati demikian, penyakit ini terus menginfeksi ternak di sejumlah daerah di Indonesia.

Bahkan penularannya ke hewan ternak sangat cepat.

"Belum diketahui dengan pasti darimana sumber penular PMK yang sekarang sudah menyebar ke 10 provinsi, meliputi 36 kabupaten dan lebih dari 6700 sapi yang sudah terdiagnosa positif PMK," jelasnya.

Baca juga: Muncul Lagi di Gunungkidul, Apa Itu Antraks?

Slamet menuturkan besar kemungkinan kasus PMK kembali terjadi di Indonesia lantaran penularan infeksi dari hewan ke hewan.

Penularan infeksi tersebut bisa dalam bentuk kontak langsung atau melalui produk hewan/pertanian yang diimpor dari negara yang belum bebas PMK.

"Sumber infeksi kemungkinan besar berasal dari hewan, produk hewan atau produk pertanian yg didatangkan/diimpor dari negara yang belum bebas rabies, misalnya India," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com