Pihaknya berpesan agar masyarakat tidak hanya memfokuskan ibadahnya pada malam-malam tersebut untuk mendapatkan keistimewaan dari malam Lailatul Qadar.
Karena melakukan ibadah harus dilakukan secara konsisten pada malam apapun, sehingga tidak hanya mengincar momen malam Lailatul Qadar.
"Bisa 21, bisa 23, bisa 25, 27, 29. Tetapi, tetap kita harus stabil di dalam beribadah," kata Cholil, dilansir dari Kompas.com, Minggu (2/5/2021).
Terdapat dua pendapat mengenai orang yang memperoleh kemuliaan malam Lailatul Qadar, yang pertama diraih oleh orang beriman dan berhati ikhlas.
Pendapat kedua yakni orang yang memperoleh kemuliaan Lailatul Qadar adalah siapapun yang beribadah saat malam Lailatul Qadar tiba.
Terdapat ciri-ciri yang dapat mengindikasi kadiran malam Lailatul Qadar, seperti suatu malam yang hening dengan angin yang tidak berhembus.
"Ciri-cirinya ya, malam itu hening, angin juga tidak berembus, tenang, tidak mendung, cerah. Paginya terbit matahari cerah tapi tidak menyengat. Dan bagi perasa tertentu, ia akan merasakan, seakan-akan kita baru selesai hajatan," kata Cholil.
Umat Muslim biasanya melakukan berbagai ibadah untuk mendapatkan kemuliaan malam Lailatul Qadar.
"Yang kita lakukan tentu shalat diperbanyak, baca Al Quran, baca istigfar, zikir, shalawat, dan doa kepada Allah SWT," kata Cholil.
Dilansir dari Kompas.com (11/5/2020), berikut ini adalah beberapa keistimewaan dari malam Lailatul Qadar:
Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang lebih baik dari seribu bulan, Syekh Abdul Halim Mahmud dalam Syahr Ramadhan menghitung seribu bulan setara dengan 83 tahun 4 bulan.
"Seribu bulan adalah delapan puluh tiga tahun empat bulan. Itu merupakan standar umum umur manusia. Lailatul qadr (alfu syahrin) lebih baik dari umur manusia; dari umur setiap manusia, baik umur manusia di masa lalu maupun umur manusia di masa mendatang. Intinya, lailatul qadr lebih baik dari (usia) zaman," kata Syekh Abdul Halim.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Malam Lailatul Qadar dan Tanda-tandanya...