Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/04/2022, 19:15 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kapan Lebaran atau Idul Fitri 2022? Hingga saat ini pemerintah belum menetapkan tanggalnya.

Pemerintah biasanya melakukan pengamatan hilal menjelang akhir Ramadhan, kemudian melakukan sidang isbat untuk menentukan Idul Fitri.

Namun Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah sudah menetapkan waktu jatuhnya Hari Raya Idul Fitri 1443 H/2022 M.

Penetapan tersebut dikeluarkan melalui Maklumat Nomor 01/MLM/I.0/E/2022 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1443 H.

Dalam maklumat tersebut disebutkan bahwa 1 Syawal atau Lebaran akan jatuh pada hari Senin, 2 Mei 2022.

Secara rinci disampaikan bahwa pada hari Sabtu Legi, 29 Ramadhan 1443 H bertepatan dengan 30 April 2022 M, ijtimak jelang Syawal 1443 H belum terjadi.

Ijtimak terjadi esok harinya, Ahad Pahing, 30 Ramadhan 1443 H bertepatan dengan 1 Mei 2022 M pukul 03:31:02 WIB.

Tinggi Bulan atau hilal pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta sudah wujud dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat Matahari terbenam itu Bulan berada di atas ufuk.

Umur bulan Ramadhan 1443 H 30 hari dan tanggal 1 Syawal 1443 H jatuh pada hari Senin Pon, 2 Mei 2022 M.

Selain itu ditetapkan tanggal-tanggal penting lainnya, yakni:

  • 1 Ramadhan 1443 H jatuh pada hari Sabtu Pon, 2 April 2022 M.
  • 1 Zulhijah 1443 H jatuh pada hari Kamis Pahing, 30 Juni 2022 M.
  • Hari Arafah (9 Zulhijah 1443 H) jatuh pada hari Jumat Kliwon, 8 Juli 2022 M.
  • Idul Adha (10 Zulhijah 1443 H) jatuh pada hari Sabtu Legi, 9 Juli 2022 M.

Ketetapan tersebut didasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Baca juga: THR 2022 Lebih Besar dari 2021 dan Mulai Cair H-10 Lebaran, Ini Penjelasan Menkeu

Metode penentuan Idul Fitri

Dilansir Kompas.com, 11 Mei 2021, ada dua metode yang digunakan untuk menentukan 1 Syawal, yakni metode hisab perhitungan dan rukyat yaitu melihat langsung keberadaan hilal.

Metode rukyat merupakan metode pandangan mata. Ada batas minimal hilal yang memungkinkan untuk dilihat dengan pengamatan mata.

Diberitakan Kompas.com, 1 April 2022, mulai 2022 Kementerian Agama menggunakan kriteria baru. Kriteria baru tersebut berdasarkan pada kesepakatan para Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) tahun 2021.

Berdasarkan hal tersebut, awal bulan adalah jika posisi hilal saat matahari terbenam sudah 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Sementara selama ini, kriteria awal bulan adalah dengan ketinggian 2 derajat dan elongasi 3 derajat.

Pada 2021, pengamatan hilal dilakukan pada 11 Mei 2021. Menteri Agama Republik Indonesia, Yaqul Cholil kemudian mengumumkan bahwa hari raya Idul Fitri, 1 Syawal 1442 H jatuh pada 13 Mei 2021.

"Informasi hitungan hisab telah dikonfirmasi 88 titik dari Aceh hingga Papua, dari itu tidak ada yang melaporkan melihat hilal. Oleh karena itu hisab posisi hilal minus, maka posisi satu syawal jatuh pada Kamis, 13 Mei 2021," kata Yaqut.

Metode kedua yang digunakan untuk melihat hilal adalah wujudul hilal yang umumnya digunakan oleh organisasi masyarakat Muhammadiyah.

Wujudul hilal merupakan metode yang menganggap hilal di atas cakrawala. Patokan ini berarti berapapun ketinggian hilal, meski nol koma sekian derajat, asal sudah di atas cakrawala, berarti malam itu sudah masuk bulan baru dalam kalender Hijriah.

Baik hisab maupun rukyat bukanlah metode yang dibenturkan tetapi saling melengkapi satu dan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com