KOMPAS.com - Masyarakat dan mitra bisa membeli saham GoTo dari PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk pada masa penawaran awal.
Untuk saat ini hingga 21 Maret 2022, saham GoTo sedang dalam tahap masa penawaran awal, sedangkan untuk penawaran efektif saham GoTo diperkirakan dilakukan pada 25 Maret 2022.
Kemudian untuk pemesanan saham perdana dapat dilakukan pada 29-31 Maret 2022, dan untuk pencatatan saham perdana GoTo di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan dilakukan pada 4 April 2022.
Baca juga: Ini Syarat Konsumen dan Pedagang yang Diprioritaskan Pesan Saham GoTo
Lalu, bagaimana cara memesan saham GoTo dan analisisnya?
Dilasir dari Kontan, GoTo akan melepas 48 miliar saham yang kemungkinan akan ditingkatkan hingga 52 miliar saham seri A dalam penawaran umum perdana atau Initial Publik Offering (IPO).
Sedangkan nilai emisi dari saham yang ditawarkan sebesar Rp 15,2 triliun dengan tambahan Rp 2,3 triliun dari greenshoe.
Calon investor dapat memesan saham GoTo di periode masa penawaran awal ini, dengan rentang harga Rp 316 sampai Rp 346 per lembar saham.
Selanjutnya, calon investor dapat membeli saham dengan jumlah lot yang harganya Rp 316 sampai Rp 346 per lembarnya. Sebagai informasi, 1 lot sama dengan 100 lembar saham.
Salah satu platfrom yang dapat digunakan calon investor untuk membeli saham GoTo adalah dengan melalui laman e-IPO.
Berikut adalah cara beli saham GoTo:
Baca juga: Driver Bisa Dapat Saham GoTo atau Uang Tunai, Apa Kriterianya?
Jika calon investor ingin meneruskan pemesanan dari masa book building ke masa offering, maka sesuai ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus dikonfirmasi terlebih dahulu oleh investor.
Berikut konfirmasi yang dapat dilakukan investor:
Baca juga: 5 Fakta Seputar GoTo, Perusahaan Baru Merger Gojek dan Tokopedia
Dilansir dari Kontan, Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat mengatahan bahwa masyarakat pasti membandingkan saham IPO GOTO dengan saham BUKA dari PT Bukalapak.com Tbk.
Meskipun kondisi GOTO dan BUKA berbeda, akan tetapi ada sejumlah hal yang perlu dicermati calon investor.
Pada 6 Agustus 2021, IPO BUKA melantai di BEI dengan mendapat sambutan meriah dari pelaku pasar dengan mencatatkan harga IPO Rp 850 per lembar saham. Pada waktu itu, BUKA memengang rekor nilai IPO terbesar dengan jumlah Rp 21,9 triliun.
Euforia BUKA tidak bertahan lama, pada perdagangan Selasa 15 Maret 2022, saham BUKA anjlok ke level Rp 276.
Tergus menyoroti harga penawaran IPO saham GOTO lebih murah di kisaran Rp 316 sampai Rp 346 per lembar saham, meski dengan marketcap yang jumbo (diatas Rp 400 triliun).
Marketcap tersebut empat kali lebih besar dari marketcap dari BUKA yang saat IPO sebesar Rp 80-an triliun.
Juga dipertimbangkan, bahwa di bisnis e-commerce, pangsa pasar Tokopedia lebih unggul dibandingkan Bukalapak, belum lagi ditambahkan dengan Gojek sebagai pemimpin pasar di industri transportasi online.
"Perusahaan sama-sama rugi dan valuasinya jauh lebih tinggi, bagaimana pun orang akan membandingkan dengan Bukalapak. Kalau pada IPO Bukalapak saya menyarankan untuk tidak membeli sahamnya, sebenarnya untuk GoTo ini saya menyarankan hal yang sama," kata Teguh saat dihubungi, Selasa (15/3/2022).
Baca juga: Benarkah Driver dan Pelanggan Gojek serta Tokopedia Bisa Dapat Saham GoTo?
Analis Fundamental B-Trade Raditya Krisna Pradana berharap dengan skema greenshoe option dan hak suara multipel atau Multiple Voting Shares (MVS) dapat efektif untuk menjaga harga saham GOTO setelah melantai di BEI.
Sehingga dapat menawarkan rasa aman kepada investor agar harga saham tidak jatuh di bawah harga penawaran perdana.
Raditya mengatakan bahwa sebagian investor masih trauma dengan kejatuhan harga saham perusahaan e-commerce sebelumnya. Meskipun juga terdapat investor yang antusias dengan IPO GOTO ini.
Menurutnya, ada beberapa hal yang menjadi alasan pelaku pasar untuk Buy (membeli) atau tidak berpartisipasi dalam IPO GOTO.
Bagi pemilih Buy, mereka optimis dengan prospek dan ekosistem GOTO yang kuat.
Sedangakan untuk yang tidak membeli saham GOTO saat IPO, didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
Rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed menjadi pemberat utama di sektor teknologi, karena berpotensi meingkatkan beban bunga emiten-emiten teknologi.
"Menurut analisis kami, wait and see merupakan suatu langkah yang bijak dalam kondisi ini. Kami prefer melihat pergerakan GOTO saat sudah melantai di bursa," ujar Raditya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.