Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Hajar Aswad Kabah di Metaverse, Apa Itu Metaverse?

Kompas.com - 09/02/2022, 18:31 WIB
Alinda Hardiantoro,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Metaverse kembali ramai diperbincangkan di media sosial.

Hal tersebut berkenaan dengan Arab Saudi yang menghadirkan pengalaman menyentuh hajar aswad di metaverse, yakni melalui virtual reality.

Sebenarnya, metaverse bukanlah ide baru. Sebelumnya, metaverse juga sempat ramai ketika Facebook mengubah nama menjadi Meta yang merupakan ambisi untuk menjadi penggerak utama Metaverse.

Bahkan Microsoft juga pernah menyebut metaverse sebagai alasan untuk mengakuisisi pengembang game Activision Blizzard seharga $ 68,7 miliar.

Tak hanya itu, Google juga tengah mengerjakan teknologi terkait metaverse selama bertahun-tahun. Begitupun dengan Apple memiliki perangkat terkaitnya sendiri dan sedang dalam pengerjaan.

Baca juga: Soal Kontroversi Haji di Metaverse, Ini Penjelasan MUI

Apa itu metaverse?

Dilansir dari USA Today, Rabu (9/2/2022), metaverse merupakan kombinasi dari beberapa elemen teknologi, termasuk virtual reality, augmented reality (AR), dan video.

Kombinasi tiga teknologi tersebut memungkinkan penggunanya berada di dalam dunia digital.

Pengguna metaverse bisa bekerja, bermain, dan tetap terhubung dengan teman-teman mulai dari konser, konferensi hingga perjalanan virtual keliling dunia.

The New York Times juga menyebutkan bahwa teknologi ini telah dimimpikan oleh para ahli teknologi selama beberapa dekade.

Mereka membayangkan era di mana kehidupan virtual memainkan peran yang sama pentingnya dengan realitas fisik.

Metaverse kerap dibayangkan sebagai perkembangan dunia virtual 3D yang bisa dimasuki dengan mengenakan headset atau kacamata AR.

Metaverse ini digadang-gadang akan menjadi dunia virtual yang paralel dengan kehidupan nyata.

Baca juga: Metaverse, Saat Manusia Kelak Tak Mampu Menghadapi Kenyataan

Awal mula istilah metaverse

Istilah metaverse dikenalkan oleh penulis Neal Stephenson.

Ia menciptakan istilah metaverse dalam novel Snow Crash tahun 1992. Snow Crash bercerita tentang seorang sopir pengirim pizza yang nongkrong di dunia fantasi virtual online.

Ide tersebut kemudian mendapat pembaruan di Ready Player One 2011, sebuah novel yang mengilhami peluncuran Oculus Rift Facebook.

Seperti apa kehidupan di metaverse?

Dilansir dari Cnet, pengunjung metaverse akan memiliki avatar sendiri. Pengunjung bisa merancang dan membeli aset secara digital, seperti membeli sebidang tanah digital dan membangun rumah online.

Sejumlah game, seperti Minecraft, Roblox, dan Fortnite juga telah digambarkan sebagai metaverse.

Fornite misalnya, Fortnite telah menyelenggarakan konser musisi dari berbagai negara, seperti Mesir, Mali, dan Jepang.

Ketiga permainan tersebut memungkinkan para pemainnya untuk menciptakan dunia yang menjadi landasan konsep metaverse.

Kapan metaverse bisa dinikmati?

Diberitakan dalam USA Today, Mark Zuckerberg memperkirakan, perlu waktu 5 sampai 10 tahun untuk mempersiapkan fitur utama metaverse.

Namun, aspek metaverse saat ini sudah ada.

Misalnya saja, broadband ultra-cepat, headset realitas virtual, dan dunia online yang selalu aktif dan berjalan meskipun beberapa orang belum bisa mengaksesnya.

Sementara itu, para kritikus justru skeptis metaverse akan menjadi seperti yang dibayangkan penggagas.

Sebagaimana dilansir dari Cnet, Rabu (9/2/2022), mereka mereka berpendapat bahwa Big Tech belum menemukan cara untuk mengekang ujaran kebencian, informasi yang salah, dan intimidasi di dunia maya.

Baca juga: Kekayaan Bos Facebook Mark Zuckerberg Anjlok Rp 85,6 Triliun Saat WhatsApp dkk Error

Metaverse versi Arab Saudi

Baru-baru ini, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi juga meluncurkan program metaverse yang menghadirkan pengalaman menyentuh batu hajar aswad melalui virtual reality (VR).

Mereka menyebutnya sebagai Virtual Black Stone Initiative.

Virtual Black Stone Initiative merupakan hasil kolaborasi antara Universitas Umm al-Qura dan Administrasi Urusan Pameran dan Museum.

Sheikh Dr. Abdulrahman bin Abdulaziz Al-Sudais, imam Masjidil Haram di Mekah dan Masjid telah menjajal teknologi tersebut.

Ia menjadi orang pertama yang memakai kacamata relitas virtual dan mencoba simulasi ziarah muslim di Mekah secara virtual.

Melalui terknologi tersebut, Ka'bah dan hajar aswad dapat dilihat dan disentuh secara virtual oleh penggunanya. Mereka hanya perlu mengenakan kacamata realitas virtual.

Teknologi tersebut diklaim akan memberikan pengalaman menarik.

Pasalnya pengguna tidak hanya dapat melihat dan merasakan suasana Ka'bah di dunia metaverse, tetapi juga bisa menyentuh dan mencium aroma Ka’bah dan batu hajar aswad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com