Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

"Verse" apalagi Setelah "Metaverse"

Kompas.com - 20/12/2021, 13:20 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA masa kanak-kanak (sebenarnya sampai masa kini) saya senantiasa terpesona ketika pada malam hari melihat bintang-bintang dan rembulan di atas saya. Semula saya tidak tahu bagaimana menyebut kawasan di atas saya tersebut.

Kemudian saya mulai mengenal istilah alam semesta. Setelah manusia mulai meluncurkan roket sebagai kendaraan untuk terbang ke arah bintang-bintang dan rembulan maka saya mulai mengenal istilah angkasa luar.

Baca juga: Ramalan Bill Gates, Meeting Online Bakal Digelar di Metaverse

Setelah mulai mempelajari ilmu pengetahuan yang di Jerman disebut sebagai Wissenschaft sementara di Inggris dan Amerika Serikat disebut science maka saya mulai mengenal istilah kosmologi yang berupaya mempelajari apa saja yang ada mau pun tidak ada atau belum diketahui di angkasa luar.

Dari kosmologi saya tersadar bahwa macroverse adalah kosmos yang berada di angkasa luar sementara microverse adalah kosmos yang berada di angkasa dalam. Dalam bahasa Jawa angkasa luar alias macroverse disebut sebagai jagad gede atau jagad raya sementara angkasa dalam alias microverse disebut jagad alit.

Lambat laun saya tersadar bahwa alam semesta sebagai bahasa Indonesia dalam bahasa yang lebih universal disebut sebagai universe.

Setelah para kosmolog menduga bahwa ternyata universe bukan cuma satu apalagi satu-satunya maka muncul terminologi multiverse. Akibat tidak mampu membuktikan kebenaran maupun kekeliruan istilah multiverse maka terpaksa saya percaya saja kepada hipotesa para kosmolog apalagi istilah multiverse terkesan keren seperti istilah-istilah yang digunakan pada Star Trek atau Star War.

Metaverse

Sementara saya masih menikmati nikmatnya kenikmatan sok ilmiah pada istilah multiverse yang menggantikan universe, mendadak Mark Zuckerberg mengganti nama Facebook menjadi Meta dengan logo lambang infinitas alias ketakterhinggaan (silakan baca naskah saya “Ketika Zuckerberg mengganti nama Facebook” Kompas.com, 31 Oktober 2021)

Konon nama Meta berakar pada metaverse sebagai pengembangan futuristik istilah universe. Pada hakikatnya, metaverse adalah istilah terbaru, terkeren sementara ini bagi alam semesta.

Meski pada kenyataan memang sudah tua bangka namun demi tidak dianggap tua bangka ketinggalan zaman maka saya memaksakan diri saya untuk tidak ketinggalan sok ilmiah menggunakan istilah terbaru terkeran yaitu metaverse itu.

Berdasar kesepakatan berbagai pihak yang kompeten maupun inkompeten, istilah metaverse pada hakikatnya bermakna a digital reality that combines aspects of social media, online gaming, augmented reality (AR), virtual reality (VR), and cryptocurrencies to allow users to interact virtually. Augmented reality overlays visual elements, sound, and other sensory input onto real-world settings to enhance the user experience. In contrast, virtual reality is entirely virtual and enhances fictional realities.

Itu berarti metaverse merambah ke alam filsafat yang mencoba melakukan telaah terhadap apa yang disebut sebagai kenyataan seperti yang saya pertanyakan di dalam naskah Sebenarnya Kenyataan Itu Apa? (Kompas.com,19 November 2021).

Berdasar rekam-jejak pengombang-ambingan istilah akibat obsesi gonta-ganti istilah maka saya merasa yakin bahwa pada suatu saat nanti istilah metaverse akan diganti dengan istilah verse lain lagi yang jauh lebih keren, agar jauh lebih eksklusif akibat jauh lebih sulit dipahami insan awam jelata seperti saya ini.

Kulo sendiko dawuh alias saya manut saja deh!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com