"Jadi, orangtua sudah punya rumah, mampu menyekolahkan anak dengan baik, sehingga sebagiann dari mereka hidup dengan tantangan yang berbeda," ucap Astrid.
Baca juga: 5 Hal yang Bisa Dilakukan Anak Tanpa Perlu Kontrol Orangtua
Selain itu, generasi individu dewasa muda saat ini, menurut Astrid, seperti terbiasa dengan serba ada.
Hal ini menjadi kurangnya rasa bersyukur bahwa sebenarnya apa yang mereka punya ini usaha yang sudah diberikan dan dilakukan orangtua untuk mereka.
Tetapi, hal yang sangat disayangkan, jika sang anak memiliki mental kebiasaan minta kepada orangtua secara terus-menerus yang mengakibatkan apabila anak menghadapi hal yang susah, dia langsung tidak suka dan marah.
"Harusnya dia grow up, jadi sebenarnya boleh banget generasi dewasa awal masih diatur-atur sama orangtua," ujar Astrid.
Ia menambahkan, mau setua apa usia orangtua dan mau setua apa usia anak, orangtua akan menganggap anak ya sebagai anak.
Artinya, orangtua pasti memberikan yang terbaik untuk anaknya.
"Jadi, kadang-kadang sebagian ortu ingin melindungi anak. jadi, anak tidak punya daya toleransi stres yang tinggi, dapat susah dikit langsung menyalahkan diri sendiri dan menyalahkan orangtua," ujar Astrid.
Menurutnya, sikap yang paling baik dan dianjurkan yakni mencari jalan keluar sendiri tanpa menyalahkan diri sendiri dan tanpa menyalahkan ortu, secara objektif dan yang benar.
Selain itu, anak usia dewasa muda ini sebaiknya terbiasa untuk mencoba menyelesaikan masalah sendiri.
Jika tidak, mereka akan rentan terhadap depresi, toleransi rendah, dan tingkah laku menyakiti diri sendiri menjadi tinggi.
"Karena kemampuan menyelesaikan masalahnya rendah, jalan keluarnya harus hidup mandiri, harus menjajal hal yang baru, di luar di lingkungan nyaman dari mereka," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.