Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sudah Dewasa Kok Masih Dilarang-larang Orangtua, Ini Kata Psikolog

Dalam unggahan tersebut, orangtua dinilai sering melarang anaknya pulang malam, menginap sama teman, dan lainnya.

Twit viral tersebut diunggah oleh akun Twitter ini.

Dalam twit itu sejumlah warganet pun turut menuliskan opini yang mereka alami dari sikap orangtua yang dinilai masih sering mengatur-atur itu. 

Hingga Rabu (5/1/2022), twit itu sudah diretwit sebanyak 2.229 kali dan disukai sebanyak 16.800 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Lalu, bagaimana tanggapan psikolog terkait hal tersebut, apakah wajar?

Menanggapi hal itu, psikolog anak dan keluarga Astrid WEN menjelaskan bahwa seorang anak yang sudah berusia mendekati 30 tahun termasuk dalam individu dewasa.

"Kalau dalam ilmu psikologi sendiri, sebenarnya sesuai, jadi ketika anak sudah melewati masa SMA dan masuk dunia kuliah lalu bekerja, diharapkan sudah bisa mandiri karena sudah masuk usia dewasa," ujar Astrid saat dihubungi Kompas.com, Rabu (5/1/2022).

Sebab, orang berusia 27-29 tahun ini sudah mulai berpikir karir, dan dia sudah bisa membedakan dirinya dengan orangtua sebagai pribadi individu dewasa yang berbeda.

"Jadi, tidak hanya sebagai hubungan anak dan orangtua dan juga dua hubungan individu dewasa muda dan dewasa menengah ke atas," lanjut dia.

Ikuti aturan orangtua, jika....

Sementara itu, Astrid menambahkan, seorang anak jika sudah duduk di jenjang perguruan tinggi sebenarnya sudah masuk usia dewasa muda.

Apabila anak yang berusia 27-29 tahun ini masih merasa sering diatur-atur oleh orangtua, sebaiknya anak berpikir ulang mengenai tujuan hidupnya mau apa.

"Kalau dia mau bebas dari aturan orangtua, dia harus tinggal mandiri, artinya terpisah dari orangtua," ujar Astrid.

"Karena ketika seseorang individu dewasa yang tinggal di rumah ortunya otomatis sebenarnya masih ikut aturan ortu yang punya rumah, wajar kalo misalnya orang yang punya rumah bertanya kamu mau pulang ke rumah saya," lanjut dia.

Lain hal jika individu dewasa yang punya rumah terpisah, lalu orangtua tinggal di rumah tersebut, lalu orang dewasa tersebut harus membuat kesepakatan-kesepakatan bersama orangtuanya.

Misalnya, memberi tahu bahwa dia pulang malam, tidak perlu ditanya, tapi bisa ditelepon atau mencari kesepakatan-kesepakatan di tengah obrolan.

Menurut Astrid, adalah hal yang wajar jika anak berusia 27-29 tahun ini masih tinggal di rumah orangtua maka wajib mengikuti aturan yang diterapkan oleh orangtua.

Sebab, anak tersebut masih berada di lingkungan otoritas orangtua.

Belajar ambil keputusan sendiri

Sementara itu, Astrid menggolongkan individu dengan usia 20-26 tahun disebut sebagai individu dewasa awal.

Sedangkan, individu dengan usia 27-29 tahun ini disebut sebagai individu dewasa menengah.

Untuk mereka yang berada dalam kelompok individu dewasa menengah, umumnya sudah mulai tahu apa yang membuat dia nyaman, dia mengambil keputusan-keputusan dalam hidupnya lebih stabil, dan emosinya lebih stabil ketimbang kelompok usia individu dewasa awal.

"Apalagi usia 27-28 tahun ini kerjanya sudah bukan fresh graduate, kecuali setelah lulus studi S2 atau S3, sebenarnya usia 28 tahun itu sudah banyak hal yang harus dilakukan," ujar Astrid.

Ia mengatakan, setidaknya orang tersebut lulus kuliah S1 di usia 21 tahun atau 22 tahun, dan jika usianya sudah 28 tahun setidaknya memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun.

Jangan pernah memarahi orangtua

Mengenai sikap orangtua yang terkadang bertanya atau melarang anaknya pergi kemalaman atau hal lain, Astrid menegaskan, jangan pernah memarahi orangtua.

"Iya, bukan marahin orangtua, atau tiba-tiba marah kok saya tiba-tiba ditanya, enggak mau diurus, ya kalau enggak mau diurus ya pergi dari rumah," ujar Astrid.

Ia mengingatkan kepada kaum muda agar mau menurut dengan aturan orangtua, jika mereka masih tinggal di rumah orangtua.

Perbedaan kondisi dahulu dan sekarang

Di sisi lain, Astrid mengungkapkan bahwa sebagian orang yang termasuk individu dewasa muda saat ini sebenarnya dibesarkan dalam keluarga yang secara umum lebih mampu dari generasi sebelumnya (generasi orangtua mereka).

Misalnya, pada generasi orangtua ketika mereka masih anak-anak, mereka masih mengalami kesulitan ekonomi, dan beberapa tantangan hidup lainnya.

Fasilitas serba terbatas, harus mencari cara bagaimana bisa rukun dengan orang lain, dan aturan orangtua yang keras dan harus diturutin.

Sedangkan anak mereka, mengalami generasi yang lebih baik kehidupannya dibanding generasi sebelumnya.

"Jadi, orangtua sudah punya rumah, mampu menyekolahkan anak dengan baik, sehingga sebagiann dari mereka hidup dengan tantangan yang berbeda," ucap Astrid.

Terbiasa dengan serba ada

Selain itu, generasi individu dewasa muda saat ini, menurut Astrid, seperti terbiasa dengan serba ada.

Hal ini menjadi kurangnya rasa bersyukur bahwa sebenarnya apa yang mereka punya ini usaha yang sudah diberikan dan dilakukan orangtua untuk mereka.

Tetapi, hal yang sangat disayangkan, jika sang anak memiliki mental kebiasaan minta kepada orangtua secara terus-menerus yang mengakibatkan apabila anak menghadapi hal yang susah, dia langsung tidak suka dan marah.

"Harusnya dia grow up, jadi sebenarnya boleh banget generasi dewasa awal masih diatur-atur sama orangtua," ujar Astrid.

Ia menambahkan, mau setua apa usia orangtua dan mau setua apa usia anak, orangtua akan menganggap anak ya sebagai anak.

Artinya, orangtua pasti memberikan yang terbaik untuk anaknya.

"Jadi, kadang-kadang sebagian ortu ingin melindungi anak. jadi, anak tidak punya daya toleransi stres yang tinggi, dapat susah dikit langsung menyalahkan diri sendiri dan menyalahkan orangtua," ujar Astrid.

Menurutnya, sikap yang paling baik dan dianjurkan yakni mencari jalan keluar sendiri tanpa menyalahkan diri sendiri dan tanpa menyalahkan ortu, secara objektif dan yang benar.

Selain itu, anak usia dewasa muda ini sebaiknya terbiasa untuk mencoba menyelesaikan masalah sendiri.

Jika tidak, mereka akan rentan terhadap depresi, toleransi rendah, dan tingkah laku menyakiti diri sendiri menjadi tinggi.

"Karena kemampuan menyelesaikan masalahnya rendah, jalan keluarnya harus hidup mandiri, harus menjajal hal yang baru, di luar di lingkungan nyaman dari mereka," imbuhnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/01/07/200000865/sudah-dewasa-kok-masih-dilarang-larang-orangtua-ini-kata-psikolog

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke