Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Sakit Gigi pada Ibu Hamil Bisa Sebabkan Bayi Lahir Prematur?

Kompas.com - 03/01/2022, 12:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Sebuah video mengenai adanya seseorang yang menceritakan dirinya melahirkan secara prematur akibat sakit gigi, viral di media sosial TikTok.

Unggahan tersebut diunggah oleh akun TikTok berikut.

Dalam unggahannya ia menceritakan bahwa sebelumnya tidak melakukan pemeriksaan gigi saat nikah, sehingga kemudian mengalami kelahiran premature.

Hingga kini postingan tersebut telah disukai lebih dari 127.000 pengguna dan dikomentari lebih dari 1.726 kali.

Baca juga: Lesti Kejora Melahirkan Prematur, Ini Cara Menghitung Usia Kandungan

Komentar warganet

Beragam komentar warganet muncul terkait unggahan tersebut.

“Aku kurang faham kalo gigi rusak bisa berpengaruh ke lahir premature, tp yg aku rasain setelah 2x hamil gigi aku mendadak sakit dan bolong besar banget,” tulis asalah satu akun

“Heee aduh kesehatan gigi ku bermasalah, tapi belum nikah atau apa sih tapi ttp aja parno,” tulis akun lain

Lantas benarkah gigi yang berlubang bisa menyebabkan bayi lahir prematur?

Penjelasan dokter

Terkait unggahan tersebut, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Prof.DR.HAMKA (Uhamka) Jakarta, Dr.dr. Wawang S Sukarya,Sp.OG menjelaskan, sakit gigi saat hamil memang dapat memicu kelahiran prematur. 

“Walaupun tidak banyak terjadi akibat sakit gigi, tapi kalau terjadi infeksi gusi gigi atau giginya yang berlanjut, dapat saja terjadi persalinan premature,” ujar Wawang dihubungi Kompas.com, Minggu (2/1/2021).

Dikutip dari Kompas.com (7/9/2017) Guru besar Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas Indonesia Prof. drg. Anton Rahardjo, Ph.D mengatakan, gigi berlubang akan memicu infeksi dan peradangan pada gigi.

Kemudian pada tahap kronis, kondisi itu akan memengaruhi peningkatan sekresi hormon prostaglandin.

“Prostaglandin itu salah satu hormon yang mempercepat kelahiran. Produksinya prostaglandin naik meningkat, nah itu yang memicu terjadinya kelahiran prematur,” kata Anton kepada Kompas.com, Rabu (7/9/2017).

Anton mengatakan, selain prostaglandin, teori lain menyebutkan kelahiran prematur diakibatkan oleh bakterimia, kondisi di mana bakteri masuk dalam aliran darah.

Beberapa penelitian, kata dia, menemukan adanya bakteri pada plasenta.

“Jadi plasentanya terjadi infeksi, nah itu terjadi prematur,” ucap Anton.

Baca juga: Indonesia Negara ke 5 dengan Jumlah Bayi Prematur Tertinggi di Dunia

 

Penyebab sakit gigi saat hamil

Wawang menjelaskan, sakit gigi pada kehamilan bisa terjadi karena beberapa hal, misalnya:

  1. Perubahan hormonal,
  2. Infeksi gusi atau gigi,
  3. Gigi keropos atau berlubang akibat kekurangan kalsium
  4. Gigi berlubang terkena muntahan yang mengandung asam lambung (misal waktu hamil trimester pertama menderita muntah).

Karane itu Wawang mengingatkan agar ibu hamil menjaga kebersihan giginya dengan menyikat gigi minimal dua kali sehari atau tiap sesudah makan.

“Waktu kehamilan pun apalagi karena bisa terkena asam lambung akibat muntah yang bisa merusak email gigi,” ujarnya.

Masalah gigi pada ibu hamil

Sementara itu, mengutip Kompas.com (12/2/2010), dokter spesialis gigi anak dr Enrita Dian, SpKGA mengatakan, sejumlah problem seperti gigi berlubang, gusi bengkak, gusi berdarah, dan nyeri gigi kerap kali dialami ibu hamil.

Biasanya hal itu terjadi pada trimester pertama, karena ibu hamil sedang mengalami mual dan muntah yang kemudian membuat mereka malas merawat gigi.

Padahal karena sedang mual dan muntah biasanya ibu hamil juga mengonsumsi makanan manis atau asam untuk mengurangi mual dan muntahnya. Hal ini bisa memperburuk kondisi gigi.

Ia menyarankan agar ibu hami menggosok gigi tiap selesai makan dan sebelum tidur memakai pasta gigi berflouride untuk menjaga kekuatan gigi.

Apabila diserang rasa malas, maka bisa dicoba berkumur dengan obat kumur antiseptik dibarengi mengunyah permen yang mengandung xylithol untuk membunuh kuman.

Apabila ada gigi berlubang menurutnya juga harus ditambal karena bisa menyebabkan anak kelak mengalami problem yang sama.

Ia mengingatkan agar jika ada keluhan gigi sebaiknya memeriksakan diri ke dokter gigi.

Baca juga: Rekomendasi IDAI soal Pelaksanaan Sekolah Tatap Muka 2022

 

Bayi lahir prematur

Wawang mengatakan, bayi lahir prematur adalah bayi yang lahir saat umur kehamilan belum mencapai 37 minggu, akibatnya berat badan anak kurang dari seharusnya, yaitu minimal 2500 gram.

Penyebab kelahiran prematur menurut Wawang ada banyak faktor.

Di antaranya preeklamsia yaitu kehamilan dengan tekanan darah tinggi yang bila disertai kejang disebut eclampsia.

Kemudian bisa pula disebabkan karena perdarahan antepartum akibat plasenta lepas sebelum waktunya atau letak plasenta menutupi jalan lahir (bisa menutupi sebagian atau total)

Penyebab lain yakni radang selaput amnion, ibu menderita penyakit jantung, paru, atau ginjal yang berat sehingga anak harus segera dilahirkan.

Selain itu penyebabnya bisa karena faktor anak dalam kandungan misal akibat sesuatu, terjadi gawat janin, yakni denyut jantung janin di atas 180/menit atau kurang dari 120 kali/menit.

Serta bisa karena gangguan jantung janin, infeksi intra uterine dan sebagainya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com