Hal serupa juga dijelaskan oleh Wakil Kepala Bidang Penelitian Translasional di Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Prof dr David H Muljono SpPD-FINASIM.
David mengatakan, mutasi yang terjadi pada virus sebenarnya adalah hal yang sangat lumrah.
"Mutasi itu selalu ada. (Karena) virus itu mau hidup juga," ujar David kepada Kompas.com, Selasa (25/8/2020).
Namun yang perlu diketahui adalah mutasi virus adalah fitur replika virus yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari.
Saat bermutasi, virus akan mengalami perubahan pada materi genetiknya.
David mengatakan, penyebab suatu virus mengalami mutasi bisa karena faktor genetik ras, keturunan, patogen atau mikroorganisme penyebab penyakit lain di dalam tubuh.
Baca juga: Daftar Lengkap Nilai Passing Grade PPPK Guru 2021 Tahap 2
Karena tidak setiap orang yang terinfeksi virus corona mengalami gejala berat dan harus menjalani perawatan di rumah sakit, Tonang mengatakan, mereka yang diharuskan untuk isolasi mandiri (isoman) di tempat khusus juga penting untuk diperhatikan.
Sebab, jika kekurangan tempat isoman, maka risikonya bisa mendorong penyebaran virus lebih luas lagi.
"Virus bisa memperbanyak diri jika berada dalam sel tubuh manusia," ujar Tonang.
Ia mengungkapkan, semakin lama virus berada dalam sel manusia, maka semakin besar kesempatan virus untuk memperbanyak diri, dan terjadi mutasi.
Sehingga, agar tidak terus bermutasi maka perlu dicegah dengan protokol kesehatan yang telah dirumuskan ahli dan pemerintah.
"Dalam hal ini, trisula 3M, dan 3T, serta vaksinasi menjadi andalan. Ketiganya saling melengkapi, bukan saling menggantikan," tegasnya.
Baca juga: Varian Omicron Sudah Masuk Indonesia? Cek gisaid.org/hcov19-variants