Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan WHO Menamai Varian B.1.617.2 Jadi Omicron, Bukan Nu atau Xi

Kompas.com - 28/11/2021, 20:06 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan varian virus corona B.1.617.2 ke dalam Variants of Concern (VOC), yang kemudian diberi nama varian Omicron.

Penamaan ini berdasarkan urutan huruf Yunani.

Sejauh ini, ada 5 VOC dan 2 Variants of Interest (VOI), yang semuanya memiliki nama Yunani masing-masing agar penyebutannya mudah.

Baca juga: Daftar Negara yang Dilarang Masuk Indonesia Imbas Varian Omicron

Sebelum ini, WHO menetapkan varian B.1.621 dalam kategori VOI dan menamainya varian Mu.

Berdasarkan urutan huruf Yunani, seharusnya ada huruf “Nu” dan “Xi”.

Namun, WHO memutuskan untuk menamai temuan varian terbaru dengan huruf "Omicron" yang loncat dua urutan dari huruf Yunani.

Baca juga: 7 Negara Telah Mendeteksi Varian Omicron B.1.1.529, Mana Saja?

Alasan WHO menamai varian B.1.617.2 jadi Omicron

1. Mencegah kebingungan

Diberitakan AP News, Minggu (28/11/2021), WHO memang sengaja melewatkan dua huruf tepat sebelum Omicron yakni Nu dan Xi.

Pemberian nama Xi dihindari agar tidak menimbulkan spekulasi dan demi menghormati Presiden China, Xi Jinping.

Xi juga tidak dipakai karena itu adalah nama yang umum dipakai.

Baca juga: Saat WHO Pantau Varian Virus Corona Baru Bernama Mu...

Sementara nama Nu sedikit mirip dengan varian sebelumnya, yakni Mu. Serta pengucapannya membuat bingung karena mirip dengan kata 'new' atau baru dalam bahasa Inggris. Sehingga WHO melewatkan dua huruf Yunani tersebut.

"Nu terlalu mudah dikacaukan dengan new," tutur Tarik Jasarevic, Juru Bicara WHO  Sabtu (27/11/2021).

Pihaknya juga mengatakan, penamaan ini dibuat agar tidak menyebabkan pelanggaran terhadap kelompok budaya, sosial, nasional, regional, profesional atau etnis.

WHO telah mempromosikan sistem penamaan yang sederhana dan dapat diakses, tidak seperti nama ilmiah varian yang rentan menimbulkan kekeliruan pelaporan.

Baca juga: Saat WHO dan UNICEF Desak Indonesia Segera Gelar Sekolah Tatap Muka...

2. Didukung para peneliti

Keputusan WHO untuk memberi nama varian B.1.621 dengan Omicron didukung oleh para peneliti.

Melansir New York Times, Sabtu (27/11/2021), seorang ahli virologi di Universitas Saskatchewan, Angela Rasmussen membagi pengalamannya ketika kesulitan memberi keterangan kepada wartawan tentang varian baru dengan nama ilmiahnya.

“Itu membuatnya sangat rumit untuk dibicarakan ketika Anda terus-menerus menggunakan sub alfabet dengan sebutan varian,” kata dia.

Baca juga: Mengenal Varian Baru Botswana B.1.1.529 dan Potensi Bahayanya...

Sampai akhirnya orang-orang menyebut nama varian ini dengan nama tempat varian terdeteksi. Misalnya varian Inggris atau varian Afrika Selatan.

”Itulah alasan besar lainnya mengapa WHO pindah ke sistem penamaan Yunani," kata Rasmussen.

Praktik menggambarkan varian berdasarkan tempat mereka pertama terdeteksi berisiko terhadap stigmatisasi dan diskriminatif.

Baca juga: Peringatan Epidemiolog soal Varian Baru Virus Corona B.1.1.529

Praktik penamaan virus berdasarkan wilayah juga secara historis menyesatkan.

Rasmussen mencontohkan virus Ebola, yang diambil dari nama sungai yang sebenarnya jauh dari tempat virus itu muncul. Begitu juga dengan Flu Spanyol.

“Flu Spanyol bukan berasal dari Spanyol. Kami tidak tahu dari mana asalnya, tetapi ada kemungkinan yang sangat bagus itu muncul dari AS," ungkap dia.

Maka dari itu, dengan kebijakan penamaan yang baru ini, WHO mendorong otoritas nasional dan media untuk mengadopsi label baru ini.

Baca juga: Simak, Ini Penjelasan WHO tentang Varian Baru Corona B.1.1.529

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Varian Corona B.1.1.529

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Pj Gubernur Jabar Perketat Pelaksanaan Study Tour, Simak Aturannya

Tren
Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Kasus Perempuan yang Meninggal usai Cabut Gigi Berlanjut, Suami Akan Laporkan Klinik ke Polisi

Tren
Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Daftar 19 Operasi yang Ditanggung BPJS Kesehatan 2024

Tren
Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com