Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Varian Baru Omicron, Ini Catatan Epidemiolog

Kompas.com - 28/11/2021, 19:15 WIB
Mela Arnani,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.comEpidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, adanya lonjakan kasus yang sangat ekstrem di Afrika Selatan menunjukkan bahwa besar kemungkinan varian baru virus corona B.1.1.529 atau Omicron, sangat menular.

Di Afrika Selatan, peningkatan kasus lebih dari 200 persen dalam seminggu di negara yang baru saja memasuki musim panas dan di tengah varian Delta yang bersirkulasi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah memasukkan varian baru B.1.1.529 atau Omicron dalam daftar varian yang menjadi perhatian atau varian of concern.

Varian baru ini mempunyai 32 mutasi pada protein lonjakan, bagian dari virus yang digunakan pada sebagian besar vaksin untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh melawan Covid-19.
Protein lonjakan yang melapisi bagian luar dari virus memungkinkannya menempel dan masuk ke sel manusia.

Mutasi pada protein lonjakan dapat memengaruhi kemampuan virus menginfeksi sel dan menyebar, tapi juga mempersulit sel kekebalan untuk menyerang patogen.

Mutasi yang terdeteksi dalam protein lonjakan akan mengubah bentuk struktur ini, sehingga menimbulkan masalah bagi respons imun yang diinduksi oleh vaksin.

Baca juga: Belum Terdeteksi di Indonesia, Bagaimana Antisipasi Pemerintah terhadap Varian Omicron?

Berpotensi lebih menular dibandingkan varian Delta

Dicky memperkirakan, ada potensi bahwa varian baru Omicron ini lebih menular dibandingkan varian Delta.

“Ini baru pola awal, mudah-mudahan tidak seperti itu,” kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Minggu (28/11/2021).

Ia mengatakan, penemuan varian Omicron yang langsung menjadi variant of concern menjadi salah satu pertanda yang sangat serius.

Dicky mengungkapkan, varian baru ini berpotensi menyebabkan gelombang baru di dunia.

“Omicron lahir di Afrika, ini catatan sangat pentingnya. Negara ini memiliki banyak kasus dengan imun compromised, masalah imunitas, yang dalam hal ini banyak penderita HIV/Aids,” papar dia.

Pada penderita HIV/Aids, lanjut Dicky, virus bisa sangat lama berdiam dan bermutasi dalam tubuh.

“Itu memberikan kesempatan kecepatan yang sama sehingga lahir satu varian dari sekian mutasi yang terjadi, probabilitas mnejadi lebih besar munculnya varian super,” jelas Dicky.

Memperkuat screening pintu masuk

Dicky mengungkapkan, pemerintah dapat memperketat pintu masih perbatasan. Selain tes negatif Covid-19, harus benar-benar diterapkan karantina dalam waktu tujuh hari.

“PCR tes negatif harus dipastikan saat kedatangan maupun sebelum keluar dari karantina,” ujar dia.

Menurut Dicky, pencegahan suatu varian baru masuk dalam wilayah negara harus dilakukan dengan sistem skrining perbatasan yang kuat, ketat, dan konsisten.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com