Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Penjelasan Pakar IPB Mengenai Perilaku Ular

Kompas.com - 20/11/2021, 18:00 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dosen IPB University dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) Dr Mirza Dikari Kusrini menjelaskan terkait fenomena ular yang ramai jadi perbincangan di kampus IPB Dramaga Bogor.

Dia menjelaskan, sebetulnya tidak mudah untuk menemukan ular, terlebih sampai dipatok ular.

Menurut Mirza, ular bukan tipe hewan yang menyerang, tetapi ular ini cenderung untuk lari menghindar.

“Kalau ada getaran, ular akan kabur. Beberapa jenis ular akan mempertahankan sarangnya jika diganggu,” ujar Mirza, dalam pernyataan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (19/11/2021).

Mirza mengingatkan, masyarakat harus memahami bahwa ada satwa liar di sekitar kita, sehingga perlu berhati-hati.

"Oleh karena itu, tetap memakai pelindung diri ketika pergi ke kebun, hutan maupun area yang masih banyak terdapat satwa liar," lanjut dia.

Baca juga: Mahasiswa IPB Tewas Digigit Ular di Kebun Kampus, Dosen: Di Mana Ada Taman, Pasti Ada Ular

IPB sendiri sudah dikenal sebagai kampus biodiversitas. Jenis ular di IPB tidak berbeda dengan ular di permukiman di luar kampus, bahkan di permukiman di area perkotaan.

“Memang ada beberapa jenis ular di Kampus IPB Dramaga yang mungkin susah ditemukan di permukiman, tetapi kebanyakan dan beberapa ular yang dianggap berbahaya itu, sebenarnya bisa ditemukan di permukiman juga,” ujar Mirza.

Dia menyebut, banyak orang belum paham ular seperti kobra maupun piton bisa bertahan di perkotaan.

Pasalnya, ular jenis ini bisa berada di permukiman karena mampu beradaptasi dengan lingkungan permukiman. Oleh karena itu, berpotensi menimbulkan konflik dengan manusia.

Baca juga: Tidak Perlu Panik, Ini yang Harus Dilakukan jika Ada Ular Masuk Rumah

Penanganan terhadap gigitan ular

Sebagian orang menganggap pertolongan pertama untuk menghentikan racun ular di dalam tubuh manusia, yakni dengan langsung memijat, mengikat, atau menghisap darah dari area yang tergigit ular.

Padahal, perlakuan tersebut justru memudahkan racun menyebar ke bagian tubuh lain dan memperburuk kondisi korban.

Dikutip dari Kompas.com, (14/9/2021), Pakar Gigitan Ular dan Toksikologi dr Tri Maharani SpEM mengatakan, langkah awal untuk melakukan pertolongan, yakni melakukan imobilisasi atau membuat bagian tubuh yang tergigit tidak bergerak sepenuhnya.

Sebab, racun yang masuk melalui kelenjar getah bening dapat menyebar, jika terjadi pergerakkan atau kontraksi otot pada bagian tubuh yang tergigit.

Dengan tindakan imobilisasi, racun yang masuk akan berhenti pada area gigitan saja dan memudahkan fungsi pertahanan tubuh untuk mengeluarkannya secara mikro seperti zat asing lainnya.

Tindakan imobilisasi bisa dilakukan dengan bidai atau bilah kayu yang bisa ditemukan di sekitar pasien dapat digunakan untuk mengurangi pergerakan bagian tubuh yang tergigit ular.

Jika gigitan ada di bagian tangan, sling atau gendongan bisa dipakai.

Kemudian, segera bawa pasien ke fasilitas layanan masyarakat terdekat untuk mendapatkan perawatan medis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com