Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Mengkhayal Makna Rampokan

Kompas.com - 20/11/2021, 13:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI samping gunungan masih ada satu lagi warisan mahadesain wayang kulit yang tak henti mempesona lubuk sanubari saya yaitu rampokan.

Baca juga: Terawang Gunungan Wayang Kulit

Mbah Google

Namun beda dengan gunungan ternyata saya gagal menemukan penjelasan tentang rampokan di dalam perbendaharaan data dan informasi mbah Google.

(Harap diperhatikan bahwa rampokan hanya beda satu huruf dengan rampogan namun pada kenyataan kedua istilah itu saling beda makna seperti bumi dengan langit).

Ternyata hanya dua narasumber membahas rampokan yaitu Tokopedia yang menjual wayang kardus rampokan dengan harga Rp 35.000 dan situs discostid.com yang menawarkan wayang kulit rampokan dengan predikat alusan demi mempermahal harga menjadi Rp 300.000.

Namun jika mencari foto wayang kulit rampokan maka mbah Google menyajikan cukup meski tidak terlalu banyak pilihan.

Khayal

Agar tetap bisa menulis naskah serial wayangomologi ini maka saya mencoba berkhayal tentang penjelasan mengenai apa sebenarnya desain wayang yang disebut rampokan itu.

Menurut khayalan saya rampokan dihadirkan oleh para pembuat wayang kulit demi memenuhi kebutuhan ki dalang menampilkan suatu barisan laskar serdadu lengkap dengan para perwira tinggi bahkan kuda serta kereta mau pun pedang, tombak, perisai lengkap dengan banner-banner, tanpa harus bersusah payah memegang dan menampilkan puluhan wayang kulit secara serempak sekaligus.

Dengan adanya wayang kulit bersosok rampokan maka dengan mudah namun nyata secara simbolis ki dalang bisa menampilkan adegan pertempuran laskar serdadu Kurawa bertempur melawan laskar serdadu Pandawa atau laskar raksasa Rahwana melawan laskar wanara Rama dengan menampilkan dua wayang rampokan saling berhadapan di layar pergelaran wayang kulit.

Teknis teatralis

Saya tidak tahu mengenai apakah ada Rampokan versi wayang golek atau jenis wayang lain-lain yang bukan wayang kulit.

Menurut saya kandungan filosofis Rampokan memang tidak seluas-semendalam Gunungan.

Beda dengan Gunungan yang lebih introvert memang Rampokan lebih ekstrovert fokus ke arah teknis teatralis pergelaran wayang kulit.

Agar tidak ngombro ngombro ke sana ke mari dalam berkhayal ngawur maka mohon diizinkan saya berhenti menulis tentang Rampokan sampai di sini saja.

Terima Kasih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com