Semburan abu vulkanik dan kerikil terjadi menyusul erupsi eksplosif Gunung Merapi, Selasa (26/10) pukul 18.10 WIB.
Hujan abu vulkanik putih kecoklatan terpapar hingga Jalan Kaliurang Km 15, sekitar kawasan Pakem, Sleman, dan daerah lain.
Baca juga: Sejarah dan Asal-usul Nama Yogyakarta
Menurut Kepala Desa Hargobinangun Bejo Wiryanto, hujan abu vulkanik tersebut baru pertama kali terjadi sejak 1967. Hal serupa dikatakan sejumlah warga Kaliurang yang mengungsi di Kantor Balai Desa Hargobinangun.
Dilansir dari Harian Kompas, 27 Oktober 2021, menurut Kepala Bagian Operasi Kepolisian Resor Sleman Komisaris Arthur Simamora, situasi terparah hingga 26 Oktober 2010 malam, melanda Dusun Kinahrejo.
Dusun itu masih sulit ditembus karena terkubur materi vulkanik setebal 5 sentimeter.
Sejumlah pohon tumbang dan lampu mati juga mempersulit proses evakuasi di desa tempat tinggal Mbah Marijan tersebut.
Baca juga: Gunung Merapi Muntahkan Lava Pijar dan Trending di Twitter, Sudahkah Masuk Fase Erupsi?
Hingga pukul 21.00 WIB, ada tujuh pasien dengan luka bakar yang berada di Rumah Sakit Panti Nugroho, Sleman. Empat di antaranya dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito. Mereka menderita luka bakar hingga 63 persen.
Menurut dokter jaga di RS Panti Nugroho, Adi Mulyanto, mayoritas pasien terluka parah karena menghirup asap dan terkena benda panas.
Di RSUP Sardjito hingga pukul 23.00 WIB, ada sembilan korban luka bakar kategori berat. Mereka warga Umbulharjo, Cangkringan.
Akibat kejadian ini, sebanyak 32 orang meninggal termasuk Mbah Maridjan dan wartawan Vivanews.com, Yuniawan Wahyu Nugroho. Juru kunci Merapi tersebut ditemukan tewas di rumahnya.
Baca juga: 27 Tempat Wisata di Gunungkidul yang Sudah Dibuka Kembali