Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Tanda Anda Mengalami Trauma karena Pandemi dan Cara Mengatasinya

Kompas.com - 25/10/2021, 13:30 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Ketika tubuh ada dalam mode tegang atau waspada, seperti yang mereka lakukan selama mengalami kejadian traumatis, manusia mengerahkan banyak energi. Wajar saja jika kita merasa energi terkuras secara fisik dan mental.

"Ini sangat terkait dengan hidup dan diinkubasi dalam trauma kolektif dan stres kolektif yang terjadi," kata King.

Melansir Vogue, 1 Juli 2021, seorang psikolog dr. Justine Grosso mengatakan, sangat penting untuk memeriksa diri sendiri dan menyadari perubahan fisiologi, emosi, pikiran dan perilaku karena kesehatan fisik dan emosional sangat berhubungan.

Trauma tidak hanya mengubah pikiran, seperti keyakinan dan pola pikir, tetapi juga otak, sistem saraf, dan hormon stres.

3. Berpikir negatif

Trauma sering mengarah pada pemikiran negatif yang mengganggu. Setelah mengalami kejadian traumatis, seseorang akan merasa sulit memikirkan masa depan.

Beberapa orang bahkan mengembangkan persepsi negatif tentang diri mereka sendiri. Ini terjadi karena harga diri mereka mungkin terpukul akibat kejadian traumatis yang mereka alami.

Seorang psikoterapis Owen O'Kane mengatakan, trauma bisa ditandai dengan kecemasan yang meningkat, motivasi rendah, merasa putus asa atau tidak berdaya.

Selain itu, tidur terganggu, perubahan nafsu makan, mati rasa, menjadi mudah marah atau jengkel, memikirkan hal negatif, dan menarik diri dari kehidupan sosial.

4. Sakit dan nyeri fisik

Selama panic attack berlangsung, gejala fisiknya dapat menumpuk dengan sangat cepat. Gejalanya antara lain sakit kepala seperti akan pingsan, mual atau merasa sakit, berkeringat, dan lainnya.Unsplash/Carolina Heza Selama panic attack berlangsung, gejala fisiknya dapat menumpuk dengan sangat cepat. Gejalanya antara lain sakit kepala seperti akan pingsan, mual atau merasa sakit, berkeringat, dan lainnya.
Stres traumatis, terutama yang berlangsung lama dan kronis, bisa memengaruhi kesehatan fisik.

Seiring waktu, stres dan trauma akan mengakibatkan penurunan fungsi kekebalan tubuh, seiring dengan peningkatan ketegangan dan rasa sakit di seluruh tubuh.

Rasa sakit fisik itu muncul melalui berbagai cara, misalnya migrain dan sakit kepala, masalah pencernaan, tekanan darah tinggi, sakit punggung, atau nyeri sendi.

5. Tidur tidak nyenyak

Ilustrasi tidur tidak nyenyakPEXELS/MATHILDE LANGEVIN Ilustrasi tidur tidak nyenyak
Ketika mengalami stres dan trauma, beberapa orang tidak bisa tidur nyenyak.

Mereka mengalami berbagai macam gangguan tidur, misalnya insomnia, tiba-tiba terjaga saat tidur, bahkan mengalami mimpi buruk. Sekitar 91 persen orang dengan PTSD memiliki gangguan tidur.

Gangguan tidur sering diabaikan, tetapi bisa memengaruhi semua yang kita lakukan. Tidur mengatur ulang pikiran dan tubuh, dan kurang tidur benar-benar bisa mengganggu kualitas hidup dan keseharian kita.

6. Menjauh dari kehidupan sosial

Salah satu pencetus kesepian adalah duka karena ditinggal pergi orang-orang yang kita cintai.Unsplash/Milada Vigerova Salah satu pencetus kesepian adalah duka karena ditinggal pergi orang-orang yang kita cintai.
Menghindari atau sengaja memisahkan diri dari orang lain, adalah efek umum lain dari trauma. Khususnya karena pandemi Covid-19, banyak orang mengalami kesulitan untuk terlibat kembali dengan aktivitas sosial, tempat, dan orang-orang yang sebelumnya mereka kenal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com