Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Gurita dan Cumi-cumi Berdarah Biru?

Kompas.com - 23/10/2021, 10:05 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tidak banyak kesempatan bagi manusia untuk berinteraksi dengan gurita dan cumi-cumi karena habitatnya di kedalaman laut.

Morfologi tubuh dan cara mereka mempertahankan diri membuat banyak orang terpesona selama beradad abad.

Bahkan, hewan tersebut kerap dijadikan karakter tokoh dalam banyak film.

Baca juga: 5 Sayuran Termahal di Dunia, Apa Saja?

Namun, tahukah Anda jika gurita dan cumi-cumi memiliki darah biru?

Warna darah gurita dan cumi-cumi

Alasan sebenarnya di balik darah cumi-cumi dan gurita menjadi biru adalah evolusi sederhana, seperti dikutip dari Science ABC.

Untuk memahami lebih jauh, kita perlu mengambil contoh evolusi manusia yang memiliki darah merah.

Salah satu komponen kunci dalam darah manusia adalah zat besi yang terkandung dalam hemoglobin, protein yang dibawa darah yang memungkinkan transportasi oksigen ke organ dan jaringan kita.

Baca juga: Selain Udang Asal Sulawesi, Ini 5 Hewan di Indonesia yang Terancam Punah

Perubahan darah gurita dan cumi-cumi

Penampakan gurita kaca yang sangat langka 
livescience Penampakan gurita kaca yang sangat langka

Besi mengikat oksigen, yang menyebabkan perubahan warna darah menjadi merah. Hemoglobin adalah metode transportasi oksigen yang sangat efisien, dibandingkan dengan metode lain yang diamati di alam.

Namun, 600 juta tahun yang lalu, ini mungkin tidak terjadi pada darah manusia.

Salah satu poin yang berbeda bisa jadi adalah protein dalam darah kita yang bertanggung jawab untuk transportasi oksigen.

Sementara gurita, cumi-cumi, dan sejumlah invertebata lainnya menggunakan protein hemosianin yang bergantung pada tembaga sebagai pengikat pilihan.

Baca juga: Selain Arwana, Ini 5 Ikan Akuarium Termahal di Dunia

Ketika tembaga mengikat oksigen, perubahan warna terjadi dan menghasilkan warna biru darah mereka.

Hemosianin memainkan peran penting dalam adaptasi cumi-cumi dan gurita terhadap lingkungan mereka. Banyak cumi-cumi dan gurita hidup di dekat dasar laut, seringkali pada suhu ekstrem atau Arktik.

Pada suhu seperti itu, oksigen mengikat lebih erat ke protein. Jika oksigen ini tidak dapat dipisahkan dan dikirim ke jaringan dan sistem organ, organisme akan mati lemas.

Untungnya, makhluk laut ini dapat mengubah konsentrasi hemosianin dalam darah mereka (sebanyak 40 persen di seluruh spesies) untuk mengimbangi dan memastikan kelangsungan hidup di perairan kutub.

Baca juga: Ribuan Burung Pipit Mendadak Mati hingga Ikan Berlompatan di Pinggir Pantai, Ada Apa?

Evolusi Cumi-cumi dan Gurita

Ilustrasi cumi-cumi bobtail. NASA membawa tardigrade dan bayi cumi-cumi bobtail dalam misi ke luar angkasa. Kedua hewan ini akan diluncurkan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada pekan depan.Nick Hobgood/WIKIMEDIA COMMONS Ilustrasi cumi-cumi bobtail. NASA membawa tardigrade dan bayi cumi-cumi bobtail dalam misi ke luar angkasa. Kedua hewan ini akan diluncurkan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada pekan depan.

Meskipun analisis darah dan evolusi sederhana dapat menjelaskan perbedaan warna, tapi mengapa gurita tidak berevolusi untuk hidup di perairan yang lebih hangat?

Gurita memiliki rentang hidup yang relatif pendek dan kurangnya kemampuan untuk bermigrasi jarak yang jauh.

Ini sebagian besar disebabkan oleh perkawinan, gaya hidup, dan mobilitas mereka.

Baca juga: Viral, Video Ikan Cupang Terkena Sisik Nanas, Apa Penyebab dan Bagaimana Mengobatinya?

Merangkak melintasi dasar laut bukanlah cara tercepat untuk bergerak, dan dengan umur rata-rata 5-15 tahun.

Dengan kata lain, mereka harus berevolusi untuk menghadapi habitat pilihan mereka.

Tinggal di dekat ventilasi termal super panas dan perairan Arktik pada saat yang sama berarti bahwa gurita membutuhkan fleksibilitas dalam termoregulasi dan transportasi oksigen mereka.

Baca juga: Selain Cupang, Berikut Jenis Ikan Hias yang Sedang Naik Daun

Bukan satu-satunya

Cumi-cumi pantai sirip besar (Sepioteuthis lessoniana) Cumi-cumi pantai sirip besar (Sepioteuthis lessoniana)

Hal ini menjadi penyebab hemosianin pilihan yang lebih fleksibel untuk anatomi dan kebutuhan spesifik mereka.

Konsentrasi tembaga juga meningkat di perairan yang lebih dalam, sedangkan konsentrasi besi akhirnya mulai berkurang.

Oleh karena itu, ketersediaan tembaga mungkin telah menyebabkan terhentinya kemajuan evolusi cumi-cumi dan gurita, karena lingkungan mereka menyediakan banyak mineral penting.

Baca juga: Banyak Diminati, Berikut Keistimewaan hingga Sejarah Ikan Cupang di Indonesia

Namun, cumi-cumi dan gurita bukan satu-satunya makhluk berdarah selain merah.

Ada kadal berdarah hijau dari Papua Nugini yang memecah hemoglobin bekas menjadi bagian-bagian penyusunnya.

Ada juga ikan tertentu yang hidup pada suhu ekstrem dan memiliki darah yang benar-benar jernih, tidak memiliki pembawa protein untuk oksigen yang dibawa darah.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Suntik DNA Ikan Salmon yang Dilakukan Krisdayanti

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com