Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik Plat Tjipetir dari Sukabumi, Tersebar di Banyak Pantai di Eropa

Kompas.com - 03/10/2021, 14:00 WIB
Mela Arnani,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tjipetir, plat tua yang tersebar di banyak pantai di Eropa kembali menarik perhatian publik.

Sebuah akun di Twitter membuat utas mengenai “The Tjipetir Mystery”, dan mendapatkan antusiasme dari warganet lain.

Hingga Minggu (3/10/2021), utas tersebut telah disukai lebih dari 8.500 ribu kali dan dicuitkan kembali sebanyak 2.000 kali.

Lantas, bagaimana sejarah Tjipetir ini?

Baca juga: Sejarah Penemuan Roda, Alat Tembikar yang Lahir dari Zaman Neolitikum

Asal usul Tjipetir

Dituliskan The Washington Post, 2 Desember 2014, Tracey Wiliams menemukan benda aneh yang mengubah hidupnya.

Saat itu musim panas 2012, Wiliams berjalan-jalan di sepanjang pantai di dekat rumahnya di Inggris selatan, dan melihat sebuah papan seukuran telenan bertuliskan kata “Tjipetir".

“Saya pikir mungkin itu adalah tanda jalan atau mungkin sebuah kotak. Kata itu tampak seperti dipahat di papan,” ujar Wiliams.

Pada akhirnya, dibawanya papan tersebut dan diletakkan di halaman belakang rumahnya.

Minggu-minggu berlalu, kemudian dia melihat satu lagi papan yang sama, dengan tekstur seperti karet yang sama dan bertuliskan Tjipetir.

Kemudian, Wiliams mencari tahu di Google dan hanya menemukan penyebutan beberapa perkebunan Indonesia dengan nama yang sama.

Penemuan plat ini akan memicu pencarian di seluruh benua selama bertahun-tahun untuk menemukan asal-usul benda tersebut terapung yang terdampar di pantai-pantai di Eropa Barat.

Sebuah pencarian yang pada akhirnya memunculkan kisah kapal selam Jerman, penaklukan Perang Dunia I dan Titanic.

Baca juga: Apa Itu Evergrande? Kasusnya Berpotensi Picu Krisis Ekonomi Global..

Pabrik dan perkebunan Tjipetir di Sukabumi

Butuh waktu bertahun-tahun untuk mengungkap misteri ini, dan petunjuk pertama datang dari penemuan foto hitam-putih.

Foto tersebut dipotret di Provinsi Jawa Barat, Indonesia pada awal 1900-an, yang menunjukkan tumpukan papan yang dipanggang di bawah sinar matahari di samping seorang anak laki-laki.

Perkebunan tersebut bernama Tjipetir, yang membudidayakan pohon percha, yang menghasilkan zat seperti karet yang disebut gutta percha, yang pernah berfungsi sebagai pendahulu plastik.

Ini digunakan pada barang-barang dari tambalan gigi, bola golf, hingga kabeh bawah air. Bahan ini menunjukkan ketahanan luar biasa saat terkena air.

Pabrik gutta-percha atau dikenal dengan getah perca Tjipetir pernah mengalami masa kejayannya saat zaman kolonial Belanda.

Bahan baku lempengan karet tersebut ternyata sudah merambah pasar internasional.

Pohon karet di Sukabumi pertama kali ditanam tahun 1887 oleh Belanda dan butuh 10-14 tahun sebelum bisa dipanen.

Pencarian terus dilakukan, tidak tahu harus berbuat apa, Wiliams meluncurkan halaman Facebook berjudul “Misteri Tjipetir”, dan berharap menemukan jawabannya.

Sementara itu, sejumlah orang Eropa menemukan papan yang sama di sepanjang pantai Norwegia, Swedia, Belanda, Denmark, Jerman, Perancis, Spanyol, dan Inggris.

Penemu balok-balok tersebut saling bertukar informasi, dan satu teori populer melibatkan Titanic, dengan beberapa orang berspekulasi mungkin plat-plat tersebut dari Titanic yang membawa produk tersebut saat tenggelam.

“Ada sebuah kapal yang tenggelam di Isle of Scilly 100 tahun yang lalu yang menurut kami mungkin,” ujar ahli konservasi Steve Trewhella.

Baca juga: Mesir Temukan 100 Peti Mati Berisi Mumi yang Terkubur 2.500 Tahun Lalu

Teori terbaru

Pada 2013, dua orang bergabung dalam pencarian dan menambahkan informasi penting.

Para detektif menyampaikan kabar tentang sebuah kapal Jepang bernama Miyazaki Maru, telah membawa ratusan hingga ribuan papan gutta percha.

Sebagai informasi, kapal Miyazaki Maru dibangun pada 1909 di Kobe, Jepang.

Kapal laut sebesar 8.520 ton ini tenggelam pada 31 Mei 1917 dalam perjalanan dari Yokohama ke London, dengan muatan penuh penumpang dan kargo.

Kapal ini tenggelam 150 mil di sebelah barat Kepulauan Scilly sebab sebuah kapal selam U-88 Jerman menyerang kapal itu, dan peristiwa ini menewaskan delapan orang.

Teori terbaru menarik perhatian seorang pejabat Inggris, yang turut menyimpukan bahwa papan misterius ini berasal dari kapal Jepang, tapi masih dilakukan penelitian untuk menemukan pemiliknya.

Terapung ratusan tahun

Dituliskan BBC, Ahli Kelautan Curtis Ebbesmeyer, yang mengkhususkan diri dalam melacak kapar, menyampaikan blok Tjipetir mungkin terdampar di pantai selama berabad-abad.

“Berdasarkan temuan sejauh ini, mereka jelas dimasukkan ke dalam sirkulasi hemispheric ocean. Hanya butuh waktu 25 tahun bagi flotsam untuk mengelilingi dunia, dan mereka mungkin sudah cukup lama mengelilingi dunia tiga kali,” ujar dia.

“Mereka (plat Tjipetir) masih dalam kondisi baik setelah bertahun-tahun, yang tidak biasa. Mereka mungkin salah satu potongan besar kapar yang mungkin ditemukan orang 100 tahun dari sekarang,” lanjut Ebbesmeyer.

Ia menambahkan, berbagai pilin atau arus laut, dapat menarik blok dari Spanyol menyeberang ke Amerika, mencerminkan rute yang sama yang diambil Columbus, sebelum mungkin berakhir di Florida.

“Yang ditemukan di Laut utara harus melewati Norwegia, berbelok ke timur melewati puncak Siberia, melewati Selat Bering ke Pasifik Utara dan pergi ke mana-mana dari sana,” tuturnya.

Beberapa orang juga melaporkan penemukan blok Tjipetir pada 2008, sebelum operasi penyelamatan saat ini diperkirakan dimulai di Miyazaki Maru.

Satu orang mengatakan telah menemukan sebuah balok lebih dari 30 tahun yang lalu, dan menggunakannya sebagai talenan untuk mengambil ikan di kapal penangkap ikan.

“Banyak kapal yang membawa gutta-percha, jadi mungkin saja kargo itu datang dari lebih dari satu sumber,” ujar Williams.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com