Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

16,3 Persen Pasien Covid-19 Punya Komorbid Jantung, Ini Kata PERKI

Kompas.com - 28/09/2021, 13:30 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) mengatakan, sebanyak 16,3 persen pasien Covid-19 di Indonesia memiliki komorbid jantung atau kardiovaskular.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Minggu (26/9/2021), total orang yang terjangkit Covid-19 di Indonesia mencapai 4.208.013 orang.

Ketua Umum Penguurus Pusat PERKI, Isman Firdaus menyampaikan, dari total kasus Covid-19 di Indonesia, sebanyak 16,3 persen memiliki komorbid jantung atau kardiovaskular.

"Laporan di rumah sakit bahwa 16,3 persen ternyata di ruang isolasi mempunyai komorbid penyakit kardiovaskular," kata Isman, saat siaran pers Hari Jantung Sedunia di YouTube Kemenkes, Senin (27/9/2021).

Baca juga: Daftar 11 Aplikasi yang Bisa Akses PeduliLindungi Mulai Oktober

Covid-19 dan penyakit jantung

Isman mengatakan, orang yang memiliki penyakit jantung atau kardiovaskular memiliki risiko perburukan penyakit yang lebih besar, bahkan bisa menyebabkan kematian.

"Jadi pasien jantung yang terpapar Covid-19 akan mengalami perburukan yang serius dari penyakit kardiovaskular dan juga akan menyebabkan kematian," terang dia.

Adapun selama pandemi Covid-19, angka kematian akibat serangan jantung di Indonesia turut meningkat.

"Biasanya kalau serangan jantung itu angka kematiannya 8 persen rata-rata di Indonesia. Namun pada situasi Covid-19 angka kematian ini meningkat 22-23 persen," papar Isman.

Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia bisa mencapai 15 per 1.000 penduduk, atau ada sekitar 4,2 juta orang menderita penyakit kardiovaskular.

Sementara itu, Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) melaporkan 14,4 persen kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit jantung koroner.

Melihat angka penyakit jantung yang cukup tinggi ini, Isman mengajak pasien atau orang-orang yang memiliki penyakit jantung untuk mendapat vaksinasi dan tetap menerapkan protokol kesehatan.

"Kami dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular tetap meminta kepada seluruh masyarakat, terutama yang punya penyakit jantung untuk menjaga protokol kesehatan dengan ketat, kemudian melakukan vaksinasi," ujar dia.

Baca juga: Mulai Oktober Tanpa Aplikasi PeduliLindungi, Apa Saja Syarat Naik Kereta Api dan Pesawat?

Kondisi jantung pasca-Covid

Dalam kesempatan tersebut, Isman juga menyampaikan bahwa saat ini belum ada data yang cukup terkait adanya perburukan jantung yang terjadi pada penyintas Covid-19 atau pada mereka yang menderita long Covid.

Salah satu kondisi yang sempat ramai diperbincangkan adalah miokarditis atau peradangan otot jantung, yang menyebabkan jantung sulit memompa darah dan berdetak secara teratur.

"Namun kejadian ini belum ada data yang valid berapa jumlah miokarditis (pada pasien Covid-19)," tutur Isman.

Sementara untuk orang yang mengalami long Covid, memiliki gejala yang berbeda-beda. Adapun jika mengalami gangguan di bagian dada, baik bagi mereka yang pernah terjangkit Covid-19 atau tidak, maka perlu segera memeriksakan diri ke dokter.

"Apabila terjadi keluhan nyeri dada, kapitasi yang berat, atau berdebar yang berat, silakan temui dokter jantung. Datang ke dokter jantung, biasanya akan direkam EKG, kalau EKG-nya normal berarti aman," ucap Isman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Nuklir Bisa untuk Obati Kanker Tiroid, Apa Itu, Bagaimana Prosesnya?

Nuklir Bisa untuk Obati Kanker Tiroid, Apa Itu, Bagaimana Prosesnya?

Tren
Penjelasan UI soal UKT yang Mencapai Rp 161 Juta

Penjelasan UI soal UKT yang Mencapai Rp 161 Juta

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Setelah Makan?

Tren
Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com