Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/09/2021, 09:30 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 12 tahun lalu, tepatnya 17 September 2009, Noordin M Top tewas dalam penyergapan di Solo.

Detasemen Khusus (Densus) 88 mengepung salah satu rumah di Kampung Kepoh Sari, Mojosongo, Jebres, Solo.

Penyergapan itu berujung baku tembak, yang kemudian menewaskan empat orang, termasuk dalang di balik serangan Bom Bali I Noordin M Top.

Noordin diyakini polisi merupakan orang yang paling bertanggung jawab di balik empat peristiwa pengeboman di Indonesia, yakni Hotel JW Marriott di Jakarta tahun 2003, Kedutaan Besar Australia di Kuningan-Jakarta tahun 2004, tiga restoran di Denpasar-Bali tahun 2005, dan dua hotel di kawasan Mega Kuningan Jakarta, yakni JW Marriott dan The Ritz-Carlton pada 17 Juli 2009.

Baca juga: Penjelasan Polda Jateng soal Polantas yang Disebut Dorong Pengendara Motor hingga Jatuh

Kronologi penyergapan

Rumah di daerah Jebres, Solo ini merupakan rumah yang dikontrak oleh pasangan Susilo dan Putri Munawaroh.

Lokasi rumah Susilo terletak di sebuah gang kecil di Kampung Kepuhsari, RT 03 RW 11, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo.

Jarak antara satu rumah dan rumah lainnya berdekatan. Di muka rumah Susilo, dipasang lampu yang cukup terang.

Pemberitaan Harian Kompas, 18 September 2009, Widodo salah satu warga yang berkediaman di sebelah kontrakan tersebut menceritakan, pada 16 September 2009, sebelum suara tembakan terdengar, terlihat beberapa orang berseliweran di sekitar rumah Susilo.

Tak lama, salah satu dari mereka meminta Widodo mematikan lampu rumah. Sekitar pukul 22.30 WIB terdengar tembakan ke arah rumah kontrakan Susilo.

Warga di sekitar tempat kejadian pun mengungsi ke rumah tetangga lain yang terletak agak jauh dari lokasi.

Di sisi lain, Densus 88 sedang melancarkan strategi untuk menyergap kawanan teroris yang ada di kontrakan Susilo.

Baca juga: Update Corona 17 September: Long Covid-19 Varian Delta Tak Pengaruhi Anak-anak

Diberitakan Kompas, 24 September 2009, Brigadir Satu I Wayan Pande M tak ingat persis pukul berapa ketika tendangan kaki kanannya mendobrak pintu depan rumah Susilo.

Ketika mendobrak pintu itu, Pande hanya berbekal pistol jenis Glock 17 dan pentungan. Tak ada rompi antipeluru yang melindunginya. Pistol pun hanya tergantung di pinggangnya.

Ia mendengar bunyi kokangan senjata api M16 dari balik pintu kamar depan di dalam rumah itu.

Sekian detik kemudian, tiga kali tembakan meletus ke arahnya. Itulah suara tembakan yang didengar Widodo sekitar pukul 22.30 WIB.

Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com