Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka yang Baru Percaya Covid-19 Ada Setelah Keluarganya Meninggal

Kompas.com - 04/09/2021, 10:29 WIB
Farid Assifa

Penulis

KOMPAS.com - Lubis, warga Kota Bandung, Jawa Barat, meninggal karena Covid-19.

Semasa hidup Lubis adalah salah satu warga yang tidak percaya adanya Covid-19. Sementara ia sering berinteraksi dengan banyak orang karena pria itu berjualan air mineral kemasan.

Ketika ia jatuh sakit dengan gejala Covid-19, Lubis malah menolak dibawa ke rumah sakit. Alasannya, ia takut "di-covid-kan".

Lalu pada malam harinya, Lubis mengalami sesak. Ia kemudian hendak dibantu dengan oksigen, namun menolaknya.

Baca juga: Satgas Akui Ada Lonjakan Kasus Baru Covid-19 di Jawa Barat

Karena tidak ditangani secara medis, kondisi Lubis memburuk hingga akhirnya ia meninggal pada pagi hari.

"Sering ngobrol dengan saya bahwa beliau salah satu yang tidak yakin dengan keberadaan Covid," kata tetangga Lubis, Iwan Hermawan dilnsir BBC Indonesia.

Menurut Iwan, ia sempat menyarankan Lubis untuk melaporke Satgas Covid-19 di RT dan RW agar dibawa ke rumah sakit. Namun rupanya, saran itu diabaikan.

Iwan mengatakan, ketidakpercayaan Lubis terhadap Covid-19 karena terpengaruhi informasi hoaks di media sosial. Lubis, kata Iwan, meyakini bahwa pandemi Covid-19 adalah upaya konspirasi global dan rekayasa pemerintah.

Akibatnya, Lubis menolak uji usap dan vaksin Covid-19. Iwan menduga, anak dan istrinya mengikuti sikap Lubis itu.

"Mungkin setelah orangtuanya meinggal, (mereka menjadi) yakin bahwa Covid itu ada. Mereka mau di-rapid (test) dan sudah mendaftarkan diri untuk divaksin," kata Iwan.

Hal sama juga dialami Saepudin. Pria ini memang tidak menunjukkan gejala khusus, hanya mengeluhkan sakit perut.

Saepudin juga masih berselera makan dan melakukan aktivitas mandiri, seperti shalat dan pergi ke kamar mandi.

Namun setelah itu, Saepudin mengalami sesak napas dan tidak bisa bicara.

"Tiga hari bapak tidak bisa bicara. Seperti sesak. Sakit memegang-pegang dada. Hari keempatnya meninggal," kata Kuswati, istri Saepudin, dilansir BBC Indonesia.

Setelah jenazahnya dites swab antigen, Saepudin positif Covid-19. Istrinya, Kuswati, dan dua anak yang tinggal serumah juga positif corona.

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jabar, Jateng, Banten, Sumsel, Babel, dan Lampung 3 September 2021

Anggota Gugus Tugas Penanggulangan Wabah Covid-19 setempat, Witarsa Watarman, mengatakan, pihaknya sempat meminta Saepudin untuk dites swab antigen.

Namun permintaan itu ditolak karena keluarga meyakini Saepudin hanya sakit biasa.

Witarsa mengatakan, situasi itu mengkhawatirkan karena berdampak pada lambannya penanganan, seperti yang terjadi pada Saepudin.

Sementara itu, berdasarkan data pada Jumat (3/9/2021) sebagaimana dilnsir Kompas.com, kasus Covid-19 di Jawa Barat mencapai 693.814. Sementara penderita yang sudah sembuh sebanyak 665.012 dan meninggal 13.670.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tentara Israel Disengat Ratusan Tawon Saat Lakukan Operasi Militer di Jalur Gaza

Tren
5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

5 Sistem Tulisan yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Tren
BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

BMKG Catat Suhu Tertinggi di Indonesia hingga Mei 2024, Ada di Kota Mana?

Tren
90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

90 Penerbangan Maskapai India Dibatalkan Imbas Ratusan Kru Cuti Sakit Massal

Tren
Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Musim Kemarau 2024 di Yogyakarta Disebut Lebih Panas dari Tahun Sebelumnya, Ini Kata BMKG

Tren
Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Demam Lassa Mewabah di Nigeria, 156 Meninggal dalam 4 Bulan

Tren
BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

BMKG Deteksi Gangguan Magnet Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com