Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Kemelut Berkelanjutan Afghanistan

Kompas.com - 19/08/2021, 12:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SAYA belum sempat ke Afghanistan sebab undangan dari Dubes Afghanistan untuk berkunjung ke Afghanistan kandas akibat saya terkena serangan jantung plus batu empedu harus dibuang kemudian disusul pagebluk Corona. Kini Afghanistan ganti pimpinan tanpa lewat pemilu.

Kagum

Namun dari kejauhan saya mengagumi Afghanistan dari masukan info tangan pertama tokoh jurnalis Teguh Santosa yang pernah meliput Afghanistan kemudian menulis buku berjudul Di Tepi Amu Darya.

Saya mengagumi bangsa Afghanistan juga dari apa yang saya lihat pada kenyataan budi pekerti keluarga besar Shah dengan kakek-moyang berasal dari Afghanistan yang kini menjadi para warga terhormat kota Medan.

Dari lembaran sejarah dunia versi Barat, saya memetik kesimpulan bahwa bangsa Afghanistan mirip Aceh sebagai bangsa yang memiliki semangat kebanggaan nasional sangat tinggi maka tidak pernah mau tunduk kepada bangsa asing. Afghanistan is a proud nation.

Namun di sisi lain Afghanistan senasib dengan Polandia secara geografis mau pun geopolitik terletak pada kawasan persimpangan jalan negara-negara tetangga mau pun negara-negara adhi kuasa sehingga Afghanistan senantiasa menjadi gelanggang pertarungan antar-para negara dengan masing-masing kepentingan beda satu dengan lain-lainnya

Pemberitaan

Akibat tidak tahu mengenai apa yang sebenarnya sedang terjadi maka saya mencoba tidak sembrono memberikan penilaian apalagi penghakiman terhadap apa yang sedang terjadi setelah kaum Taliban mengambil alih tampuk kekuasaan pemerintahan Afghanistan.

Memang terberitakan bahwa presiden Afghanistan telah terbang meninggalkan Kabul namun juga terberitakan bahwa Wakil Presiden Afghanistan masih tetap berada di Kabul untuk bekerjasama dengan kaum Taliban menatalaksana pemerintahan Afghanistan.

Memang terviralkan foto betapa banyak warga Afghanistan berebut tempat di dalam pesawat terbang untuk terbang ke luar negeri namun tidak diberitakan berapa banyak warga yang tetap memilih untuk tetap tinggal di Afghanistan.

Adegan warga berebut meninggalkan Afghanistan menyusul tentara Smerika Serikat meninggalkan Afghanistan pada hakikatnya mirip adegan warga Saigon berebut menunggalkan Vetnam menyusul tentara Amerika Serikat meninggalkan Vietnam.

Memang harus diakui bahwa pemberitaan dikuasi oleh kantor berita sekutu Amerika Setikat didukung film-film produksi Holywood.

Harapan

Media sosial apalagi asosial pembenci Taliban meyakini Afghanistan akan hancur lebur akibat sendirian setelah Joe Biden mewujudkan keputusan Donald Trump untuk menarik seluruh tentara Amerika Serikat dari bumi Afghanistan.

Para pembenci Taliban bingung kehilangan orientasi arah kebencian mereka setelah melihat kenyataan Iran, Pakistan, Rusia dan terutama Republik Rakyat China sepenuhnya siap mendukung jepemimpinan kaum Taliban di Afghanistan. Mirip kebingungan para cebong dan kampret setelah ternyata junjungan mereka rekonsiliasi .

Maka ketimbang salah langkah, saya memilih untuk tidak menghakimi pihak mana pun juga.

Selama berharap belum dilarang undang-undang, maka saya berharap agar kemelut simpang-siur berkelanjutan yang terjadi tanpa henti di Afghanistan jangan sampai terjadi negeri tercinta saya nan gemah ripah loh jinawi, tata tenteram kerta raharja ini.

Merdeka!

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com