Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Dirgahayu Indonesia dan Hal-hal yang Perlu Diperjuangkan

Kompas.com - 17/08/2021, 13:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBAGAI warga Indonesia cinta Indonesia, saya merasa bangga atas pidato kenegaraan 16 Agustus 2019 Presiden Jokowi di MPR yang menegaskan bahwa bangsa Indonesia telah mengalami pertumbuhan ekonomi secara sangat meyakinkan bangkit dari puing-puing keterpurukan akibat pagebluk Corona.

Bangga

Saya bangga atas keberhasilan bangsa Indonesia gotong-royong berjuang menanggulangi angkara murka pagebluk Corona.

Belum terbilang keberhasilan bangsa Indonesia di bawah pimpinan Presiden Jokowi menggalang persatuan dan kesatuan Indonesia sehingga tidak terjadi gejolak sosio-politik menggerogoti pilar-pilar penyangga Pancasila sebagai ideologi negara.

Telah terbukti bahwa sila Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia serta Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan telah diejawantahkan menjadi kenyataan di persada Indonesia setelah 76 tahun merdeka.

Bersyukur

Saya bersyukur bahwa secara pribadi saya beruntung telah dapat menikmati nikmatnya kenikmatan kemerdekaan bangsa, negara dan rakyat Indonesia.

Namun tanpa sedikit pun mengecilkan rasa bangga dan hormat terhadap jasa pemerintah Republik Indonesia yang kini dipimpin oleh Presiden Jokowi, dengan penuh kerendahan hati saya memberanikan diri mengungkap kenyataan bahwa sila terakhir Pancasila yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia masih belum terwujud menjadi kenyataan.

Belum seluruh rakyat Indonesia seberuntung saya. Masih ada rakyat miskin belum memiliki akses ke sistem jaminan sosial nasional.

Masih ada rakyat miskin belum mampu membeli tes PCR. Masih ada keluarga tidak mampu membelikan anaknya laptop atau ponsel agar dapat mengikuti pelajaran online yang terpaksa dilaksanakan pada masa PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyaraka).

Masih ada masyarakat adat dipaksa berperan sebagai tumbal pembangunan. Masih ada rakyat miskin tergusur atas nama pembangunan infra struktur.

Masih ada warga miskin tertinggal dalam derap langkah pembangunan. Masih ada rakyat terutama yang papa dan miskin belum bisa ikut menikmati nikmatnya kenikmatan kemerdekaan bangsa, negara dan rakyat Indonesia yang telah diproklamirkan Bung Karno dan Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945

Indonesia pusaka

Namun segenap kebelum-sempurnaan ini tidak mengendala saya menghayati makna adiluhur terkandung syair mahaindah lagu Indonesia Pusaka mahakarya pahlawan nasional Ismail Marzuki:

Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Selalu dipuja-puja bangsa

Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata

Dirgahayu Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Ini yang Terjadi pada Tubuh Ketika Anda Latihan Beban Setiap Hari

Tren
Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Pendaftaran Sekolah Kedinasan Dibuka Besok, Berikut Link, Jadwal, Formasi, dan Cara Daftar

Tren
Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal 'Muncak' di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Ramai soal Ribuan Pendaki Gagal "Muncak" di Gunung Slamet, PVMBG: Ada Peningkatan Gempa Embusan

Tren
Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Apa yang Terjadi pada Tubuh Saat Berhenti Minum Teh Selama Sebulan?

Tren
Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Bisakah Hapus Data Pribadi di Google agar Jejak Digital Tak Diketahui?

Tren
Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Berapa Lama Jalan Kaki untuk Ampuh Menurunkan Kolesterol?

Tren
Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tragedi Biaya Pendidikan di Indonesia

Tren
Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Meski Tinggi Kolesterol, Ini Manfaat Telur Ikan yang Jarang Diketahui

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 14-15 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

NASA Tunjukkan Rasanya Masuk ke Dalam Lubang Hitam

Tren
Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Usai Ditekuk Arsenal, Atap Stadion Manchester United Jebol dan Air Membanjiri Lapangan

Tren
Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Venezuela Akan Jadi Negara Pertama yang Kehilangan Gletser, Berikutnya Indonesia

Tren
Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Film Vina: Sebelum 7 Hari Dikritik, Ini Kata Lembaga Sensor Film

Tren
4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

4 Dokumen yang Dibawa Saat UTBK SNBT 2024 Gelombang 2, Apa Saja?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com