Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Ngelakonilogi Dimantapkan Tommy Awuy

Kompas.com - 10/08/2021, 14:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DARI kejauhan sejak lama saya mengagumi Tommy Awuy yang terkesan memiliki pemikiran tidak sudi terhanyut arus arogansi sains mau pun akademis secara menyeluruh.

Saya merasakan getaran sukma seirama senada searah setujuan dengan Edmund Husserl, Martin Heidegger, Jean Paul Sartre hadir pada pemikiran Tommy Awuy.

Berkat jasa Nasir Tamara mengajak saya gabung ke paguyuban Satupena maka saya beruntung bisa berjumpa secara non-ragawi namun ya-batini dengan tokoh mahapemikir merangkap mahapendidik Nusantara masa kini ini.

Bahkan saya sempat memperoleh kehormatan untuk mewawancara Sang Tokoh Sulawesi Utara secara zoom melalui acara Jaya Suprana Show.

Makin kagum

Setelah mengenal lebih dekat maka kekaguman terhadap Tommy Awuy makin menjadi-jadi apalagi akibat beliau kreatif dan keren memberi nama putri kembar beliau sebagai Philo dan Sophy.

Dari Mas Tommy saya memperoleh kesadaran bahwa saya sudah berada di jalan yang benar dengan sejak kanak-kanak lebih merasa mantap belajar dari yang ngelakoni ketimbang yang berteori seperti misalnya ayah-ibu saya yang mengilhami saya menggagas ngelakonimologi.

Maka, saya berupaya belajar dari para tokoh yang ngelakoni seperti misalnya belajar main piano dari Deflef Kraus dan Friederich Gulda, belajar komposisi musik metafisikal dari Karl Heinz Stockhausen, belajar filsafat wayang dari Ki Nartosabdho, belajar estetika langgam Jawa dari Anjar Any, belajar kemanusiaan dari Sandyawan Sumardi, belajar kearifan Islam dari Cak Nur, belajar menghayati puisi dari Gus Mus, belajar keberpihakan ke kaum tertindas dari Gus Dur.

Ngelakonimologi 

Dari Mas Tommy saya belajar memetik kesadaran bahwa pada hakikatnya ngelakonimologi mirip dengan fenomenologi akibat meski secara beda pendekatan namun sama-sama berikhtiiar mempelajari apa yang disebut sebagai pengalaman.

Dari Mas Tommy pula saya memperoleh kesadaran bahwa sama dengan kelirumologi pada dasarnya ngelakonimologi hanya merupakan istilah yang sebenarnya sudah diejawantahkan oleh manusia jauh sebelum istilahnya dibuat apalagi dikenal oleh manusia.

Sejak mulai bisa berpikir sebenarnya manusia sudah memiliki kesadaran bahwa apa yang disebut sebagai pengalaman merupakan bagian hakiki melekat pada peradaban manusia.

Pada hakikatnya apa yang disebut sebagai fenomenologi dan ngelakonimologi sulit lepas dari segenap jenis dan bentuk pemikiran tentang apa yang disebut kesadaran yang kini merupakan sasaran pemikiran manusia mengarah ke dalam diri sendiri masing-masing.

Sesama getaran sukma dengan epistemologi, ontologi, psikologi, antropologi, ethologi, ekologi, molekularbiologi, astronomi, astrobiologi, kosmologi, teologi, metafisika, hinduisme buddhisme, eksistensialisme, kejawenisme, serta isme-isme dan logi-logi lain-lainnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com