Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Nomor Kode Telepon Indonesia +62? Ini Sejarah dan Alasannya

Kompas.com - 28/07/2021, 20:30 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Kode telepon Jerman Timur, Uni Soviet, dan Amerika

Sebagian besar negara memiliki nomor kode satu atau dua digit. 

Namun ada juga negara yang memiliki kode negara tiga digit seperti +670 untuk Timor Leste.

Awalnya kode tiga digit ini diberikan kepada negara yang relatif kecil atau baru.

Namun ada juga negara besar, seperti Saudi Arabia (+966) atau Uruguay (+598), yang memiliki kode negara tiga digit.

Baca juga: Varian Corona Delta Plus Terdeteksi di Indonesia, Simak Gejalanya

Dinamika politik

Kode negara juga banyak dipengaruhi oleh dinamika politik bangsa dan dunia.

Contohnya ketika Jerman Timur dan Jerman Barat melakukan unifikasi, kode negara Jerman Barat (+49) yang diambil. Sementara kode +37 milik Jerman Timur dihapus.

Sedangkan di konflik Korea, Korea Utara menggunakan nomor baru +850 setelah pisah dari Korea Selatan. Korea Selatan sendiri mempertahankan nomor lamanya, +82.

Sementara saat berhasil memisahkan diri dari Uni Sovyet, beberapa negara pecahan juga ramai-ramai meninggalkan kode Zone 7 yang digunakan selama ini. Contohnya Lithuania (menjadi +370) atau Estonia (+372).

Negara pecahan yang dekat ke Asia menggunakan Zona 9, seperti Uzbekistan (+998) atau Azerbaijan (+994). Hanya Kazakhstan yang tetap mempertahankan kode negara +7, selain tentu saja Rusia.

Kode negara sebenarnya juga menunjukkan besarnya pengaruh sebuah negara di dunia.

Contohnya AS yang memiliki kode negara +1 atau Rusia (+7). Negara berpengaruh lain yang mendapatkan “nomor cantik” adalah Inggris (+44) dan Perancis (+33).

Baca juga: Penjelasan Kemenkes soal Syarat Fotokopi KTP untuk Vaksinasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com