Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 Menurun karena Testing Berkurang, Apa yang Harus Dilakukan Pemerintah?

Kompas.com - 24/07/2021, 14:25 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis

KOMPAS.com - Menurut data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 terjadinya penurunan kasus beberapa waktu lalu.

Mengutip Kompas.com, data pada Kamis (15/7/2021) menunjukkan angka kasus positif mencapai 56.757 orang, sementara pada Rabu (21/7/2021) kasus positif menurun 33.772.

Namun penurunan kasus tersebut karena jumlah testing atau pemeriksaan spesimen yang juga menurun.

Jumlah pemeriksaan spesimen pada Kamis (15/7/2021) tercatat 249.059 sampel dan Jumat (16/7/2021) tercatat 258.532 sampel.

Penurunan sampel juga terjadi pada Sabtu (17/7/2021) yaitu 251.392 sampel sedangkan pada Minggu (18/7/2021) 192.918 sampel.

Pemeriksaan sampel pada hari berikut juga terus menurun pada Senin (19/7/2021) 160.686 sampel, pada Selasa (20/7/2021) 179.275 sampel dan pada Rabu (21/7/2021) 153.330 sampel.

Melihat kondisi tersebut, Ahli Epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengingat pemerintah bahwa saat ini Indonesia sedang menuju puncak pandemi.

Sehingga prevalensi dan laju penularan Covid-19 sangat tinggi.

Baca juga: Capaian Testing Covid-19 Solo di Atas 90 Persen, Gibran: Akan Kami Tingkatkan

“Ini sesuai prediksi saya, menjelang akhir bulan Juli akan ada banyak sekali peningkatan kesakitan dan kematan. Ini juga yang mendasari WHO akhirnya menyarankan untuk peningkatan pembatasan), kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Jumat (23/7/2021).

Ia juga mengatakan menurunnya testing juga disebabkan alat tes Covid-19 yang terbatas, juga efek dari melonjaknnya kasus penularan virus corona di Indonesia.

“Bahwa dari data, kemarin angkanya sempat turun, ya karena testingnya turun. Kalau menurut laporan di lapangan, ini karena alat tesnya enggak ada atau terbatas. Tapi sekarang sudah ada lagi. Jadi, yang kemarin numpuk belum dites, ya akan masuk dalam data saat ini,” jelasnya.

Meski demikian Dicky mengakui, testing harian di Indonesia masih terbatas dan jauh dari angka seharusnya.

Baca juga: Testing Covid-19 Sempat Berkurang, Epidemiolog: Seharusnya Sejuta Per Hari untuk Tekan Angka Kematian

Lalu apa yang harus dilakukan?

Satu juta testing per hari

Kondisi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia saat ini, Dicky meminta pemerintah setidaknya melakukan testing harian mimimal satu juta per hari.

“Tapi, semakin tinggi angka testing akan semakin tinggi angka kasus. Kalau nanti ditemukan seratus ribu atau dua ratus ribu kasus per hari, ya enggak usah kaget. Jangan menyalahkan pemerintah. Justru harus diapresiasi,” ujarnya.

Dia menegaskan testing berfungsi untuk mendeteksi atau menemukan kasus Covid-19, bukan untuk menciptakan kasus baru.

Sehingga orang yang membawa virus corona harus segara dideteksi, agar dapat dilakukan pemutusan rantai penyebaran Covid-19 dengan cepat.

Langkah-langkahnya tracing, karantina dan perawatan.

“Kalau memang Pemerintah belum bisa mencapai satu juta testing per hari, 700 ribu setidaknya. Karena kalau angka testing harian tidak ditingkatkan, dalam dua hingga tiga minggu lagi, angka kematian bisa semakin tinggi,” pungkasnya.

Baca juga: Satgas Sebut Penurunan Testing Disebabkan Meluasnya Varian Delta

Kaji ulang penurunan BOR

Pengamat Kebijakan Publik Universitas Airlangga (Unair) Yanuar Nugroho juga ikut mengomentari jumlah testing yang berkurang dan keterisian tempat tidur yang menurun.

Menurutnya hal ini perlu dikaji ulang, penurunan keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) belum tentu disebabkan jumlah pasien dirawat menurun.

Namun bisa karena penambahan jumlah tempat tidur darurat dan fasilitas isolasi yang disediakan pemerintah.

"Saya tidak mendeskreditkan pemerintah, tetapi saya ingin mendorong agar kebijakan sebaiknya diambil berdasarkan evidence, berdasarkan data dan evidence yang memang tetap diujinya," kata Yanuar.

Tidak buru-buru longgarkan pembatasan

Oleh karenanya, menurut Yanuar, pemerintah seharusnya tidak terburu-buru melakukan pelonggaran pembatasan.

Mobilitas masyarakat seharusnya tetap dibatasi mengingat virus corona menular melalui interaksi masyarakat.

Namun demikian, sebagai konsekuensi dari adanya pembatasan, pemerintah wajib memberikan bantuan sosial kepada masyarakat yang terdampak.

Di saat bersamaan, testing dan tracing harus terus dimasifkan. Treatment juga perlu ditingkatkan dengan terus memperkuat fasilitas kesehatan, termasuk memberikan insentif pada tenaga kesehatan.

Baca juga: Jumlah Testing Covid-19 Belum Capai Target, Dinkes Tangsel: Banyak Warga Enggan Diperiksa

"Jadi kalau di hulu ada perlindungan sosial, di hilir ada insentif baik untuk faskes maupun nakes, dua-duanya dijalankan serentak," kata Yanuar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Daftar Nama 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik Warga, Begini Solusinya

Tren
Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Kapan Waktu Terbaik Minum Vitamin?

Tren
Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Daftar Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota PBB, Ada 9 yang Menolak

Tren
Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Mengenal Como 1907, Klub Milik Orang Indonesia yang Sukses Promosi ke Serie A Italia

Tren
Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Melihat Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Jalur Rawan dan Mitos Tanjakan Emen

Tren
Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Remaja di Jerman Tinggal di Kereta Tiap Hari karena Lebih Murah, Rela Bayar Rp 160 Juta per Tahun

Tren
Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni 'Atlantis yang Hilang' di Lepas Pantai Australia

Ilmuwan Ungkap Migrasi Setengah Juta Penghuni "Atlantis yang Hilang" di Lepas Pantai Australia

Tren
4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

4 Fakta Kecelakaan Bus Pariwisata di Subang, Lokasi di Jalur Rawan Kecelakaan

Tren
Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Dilema UKT dan Uang Pangkal Kampus, Semakin Beratkan Mahasiswa, tapi Dana Pemerintah Terbatas

Tren
Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Kopi atau Teh, Pilihan Minuman Pagi Bisa Menentukan Kepribadian Seseorang

Tren
8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

8 Latihan yang Meningkatkan Keseimbangan Tubuh, Salah Satunya Berdiri dengan Jari Kaki

Tren
2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

2 Suplemen yang Memiliki Efek Samping Menaikkan Berat Badan

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 12-13 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 11-12 Mei | Peserta BPJS Kesehatan Bisa Berobat Hanya dengan KTP

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com