Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Laut Surut, Amankah Bermain hingga ke Tengah?

Kompas.com - 13/07/2021, 12:30 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

"Fasenya, waktu terjadinya, tiba-tiba surut, hilang. (Hanya dalam hitungan) Detik, enggak berapa menit, tiba-tiba hilang, itu yang perlu dikhawatirkan," jelas Eko.

Baca juga: Laut Kaspia, Mengapa Danau Terbesar di Dunia Ini Disebut sebagai Laut?

Jika mendapati kondisi seperti ini, masyarakat diimbau untuk segera menjauh dari garis pantai untuk menyelamatkan diri dari kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan.

"Ketika itu terjadi, air balik akan disertai energi air laut yang luar biasa besarnya dan biasanya ditambah gelombang yang sangat tinggi," papar Eko.

Sementara untuk air surut akibat fenomena pasang-surut harian maka proses terjadinya memakan waktu yang cukup panjang, alias bertahap dan tidak mendadak.

"Kalau pasang-surut biasa itu waktunya gradual dia, jadi antara proses surutnya itu bisa 6-12 jam sampai sesurut-surutnya, tergantung posisinya," ungkapnya.

Setiap daerah ia sebut bisa memiliki karakteristik pasang-surut yang berbeda-beda. Ada yang terjadi 1 kali dalam sehari atau harian tunggal, ada yang 2 kali atau harian ganda, ada pula yang campuran.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Lahirnya Korps Marinir TNI Angkatan Laut

Fenomena surut harian

Apa yang terekam dalam video yang beredar disebut Eko bisa jadi hanya merupakan fenomena pasang-surut harian biasa dan tidak membahayakan.

Orang atau masyarakat di lokasi tersebut pasti bisa membedakan mana fenomena air laut surut yang membahayakan dan wajar.

"Yang sekarang terjadi, daratannya kelihatan jauh, itu hal yang biasa, tergantung lokasinya, tidak semua lokasi bisa begitu (jauh surutnya). Jarak dari garis pantai terhadap garis tersurut tidak sama untuk setiap daerah, ada yang 300 meter, ada yang 500 meter, ada yang cuma 50 meter, tergantung daerahnya," ujar Eko.

"Kalau dipastikan itu sesuatu yang lazim di suatu daerah dengan proses surut yang gradual ya enggak apa-apa (berjalan hingga tengah)," imbuhnya.

Baca juga: Viral Video Detik-detik Kapal Feri KMP Bili Terbalik di Pontianak, Bagaimana Ceritanya?

Jika sudah dipastikan fenomena itu merupakan fenomena air laut surut biasa, maka ia menyebut tidak masalah untuk kita bisa berjalan di "daratan baru" itu, sekali pun hingga jauh dari daratan yang sesungguhnya.

Namun, ada hal yang harus diperhatikan.

"Enggak masalah, apalagi kalau sudah tahu itu proses menuju surut, yaitu airnya semakin hilang, semakin hilang. Tapi kalau airnya menuju pasang, semakin banyak, semakin banyak, ya cepat segera kembali ke daratan," imbau dia.

Ketika kondisi air laut kembali naik, meskipun waktunya perlahan, namun tetap ada potensi bahaya yang bisa dialami jika kita masih berada jauh dari daratan.

"Hati-hati, bukan karena air lautnya mau menenggelamkan kita, tapi gelombang yang menyertai itu bisa menarik kita, arusnya bisa menarik kita," pungkas dia.

Baca juga: Viral, Video Kapal Terbakar dan Penumpang Lompat ke Laut, Bagaimana Kondisinya?

KOMPAS.com/Dhawam Pambudi Infografik: Tsunami, Tanda-Tanda dan Cara Menghadapinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com