Efek yang bisa terjadi, lanjut dia, serapan tenaga kerja baru menjadi kurang optimal, tingkat pengangguran usia menjadi tinggi.
Ironi karena sekarang Indonesia sudah menjadi salah satu negara dengan tingkat pengangguran muda yang tinggi di Asia Tenggara.
Baca juga: Kaleidoskop 2020: Babak Belur Ekonomi Dunia dan Upaya Tetap Bertahan
Bhima mengungkapkan, dampak lainnya, orang Indonesia akan tua sebelum kaya. Perlindungan sosial yang didapat dari pemerintah sedikit.
"Sementara perlindungan sosial kecil, pendapatan secara rata-rata tidak mengalami kenaikan yang tinggi. Alhasil kehidupan akan begini-begini saja, tidak ada peningkatan kualitas hidup warga Indonesia secara umum baik dalam hal kesehatan maupun dalam hal pendidikan," kata Bhima.
Sementara, lansia mengalami kehidupan stagnan. Anak-anak mudanya terancam menjadi generasi sandwich. Generasi milenial dan generasi Z bersiap menjadi generasi sandwich.
"Akan makin banyak anak muda yang masuk ke dalam generasi sandwich, generasi yang harus menanggung beban keuangan orangtuanya karena orang tuanya masuk ke usia pensiun. Sementara, dia juga harus menanggung beban dari keluarga kecilnya (anak istri)," ujar Bhima.
Menurut Bhima, beban berat ditanggung generasi sandwich, bahkan lebih berat daripada generasi sebelumnya.
Bhima juga mengungkapkan, Indonesia akan kurang diminati dalam hal investasi karena menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah.
"Jadi Indonesia tidak termasuk negara tujuan investasi yang secara profil risiko aman, tapi Indonesia termasuk negara risiko yang tinggi. Minat investasi dari luar negeri untuk menanamkan modalnya jadi berkurang," kata dia.
Negara lain akan mencari negara yang berpendapatan menengah ke atas.
Menurut Bhima, Indonesia akan ketagihan berutang karena kondisi ini dan menjadi sasaran para kreditur.
"Karena dengan turun kelas ini akan banyak kreditur-kreditur yang memberikan pinjaman kepada Indonesia, karena dianggap Indonesia belum mampu mendorong penerimaan pajak sendiri yang optimal atau sumber-sumber pembiayaan di dalam negerinya," kata Bhima.
Dia mengingatkan, utang bisa menjadi beban bagi rakyat Indonesia. Saat ini saja, Indonesia harus membayar bunga utang sekitar Rp 370 triliun.
Di antara sederet potensi dampak negatifnya, Bhima memandang, ada satu sisi positif dari penurunan kelas ini.
Positifnya, Indonesia akan mendapatkan fasilitas-fasilitas perdagangan seperti GSP (Generalized System of Preference).
"Artinya kalau Indonesia mengirim barang ke luar negeri tarifnya bisa sangat rendah, karena dianggap negara berpendapatan menengah ke bawah atau negara yang masih membutuhkan asistensi dari negara-negara maju," kata Bhima.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.