Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Turun Kelas, Apa Dampaknya? Sulit Cari Kerja hingga Tua Sebelum Kaya

Kompas.com - 09/07/2021, 08:03 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Efek yang bisa terjadi, lanjut dia, serapan tenaga kerja baru menjadi kurang optimal, tingkat pengangguran usia menjadi tinggi.

Ironi karena sekarang Indonesia sudah menjadi salah satu negara dengan tingkat pengangguran muda yang tinggi di Asia Tenggara.

Baca juga: Kaleidoskop 2020: Babak Belur Ekonomi Dunia dan Upaya Tetap Bertahan

3. Tua sebelum kaya

Bhima mengungkapkan, dampak lainnya, orang Indonesia akan tua sebelum kaya. Perlindungan sosial yang didapat dari pemerintah sedikit.

"Sementara perlindungan sosial kecil, pendapatan secara rata-rata tidak mengalami kenaikan yang tinggi. Alhasil kehidupan akan begini-begini saja, tidak ada peningkatan kualitas hidup warga Indonesia secara umum baik dalam hal kesehatan maupun dalam hal pendidikan," kata Bhima.

Sementara, lansia mengalami kehidupan stagnan. Anak-anak mudanya terancam menjadi generasi sandwich. Generasi milenial dan generasi Z bersiap menjadi generasi sandwich.

"Akan makin banyak anak muda yang masuk ke dalam generasi sandwich, generasi yang harus menanggung beban keuangan orangtuanya karena orang tuanya masuk ke usia pensiun. Sementara, dia juga harus menanggung beban dari keluarga kecilnya (anak istri)," ujar Bhima.

Menurut Bhima, beban berat ditanggung generasi sandwich, bahkan lebih berat daripada generasi sebelumnya.

4. Minim investasi

Bhima juga mengungkapkan, Indonesia akan kurang diminati dalam hal investasi karena menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah.

"Jadi Indonesia tidak termasuk negara tujuan investasi yang secara profil risiko aman, tapi Indonesia termasuk negara risiko yang tinggi. Minat investasi dari luar negeri untuk menanamkan modalnya jadi berkurang," kata dia.

Negara lain akan mencari negara yang berpendapatan menengah ke atas.

5. Ketagihan utang

Menurut Bhima, Indonesia akan ketagihan berutang karena kondisi ini dan menjadi sasaran para kreditur.

"Karena dengan turun kelas ini akan banyak kreditur-kreditur yang memberikan pinjaman kepada Indonesia, karena dianggap Indonesia belum mampu mendorong penerimaan pajak sendiri yang optimal atau sumber-sumber pembiayaan di dalam negerinya," kata Bhima.

Dia mengingatkan, utang bisa menjadi beban bagi rakyat Indonesia. Saat ini saja, Indonesia harus membayar bunga utang sekitar Rp 370 triliun.

Adakah sisi positifnya?

Di antara sederet potensi dampak negatifnya, Bhima memandang, ada satu sisi positif dari penurunan kelas ini.

Positifnya, Indonesia akan mendapatkan fasilitas-fasilitas perdagangan seperti GSP (Generalized System of Preference).

"Artinya kalau Indonesia mengirim barang ke luar negeri tarifnya bisa sangat rendah, karena dianggap negara berpendapatan menengah ke bawah atau negara yang masih membutuhkan asistensi dari negara-negara maju," kata Bhima.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berapa Banyak Aktivitas Fisik yang Dibutuhkan Kucing Peliharaan?

Berapa Banyak Aktivitas Fisik yang Dibutuhkan Kucing Peliharaan?

Tren
Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Tren
Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Tren
Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tren
7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

Tren
Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Tren
Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Tren
Machu Picchu dan Borobudur

Machu Picchu dan Borobudur

Tren
6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

Tren
Bolehkah Memakai 'Pimple Patch' Lebih dari Sekali?

Bolehkah Memakai "Pimple Patch" Lebih dari Sekali?

Tren
Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Tren
Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com