Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Situasi Kritis Covid-19 dan Pentingnya Menyaring Informasi di Dunia Maya

Kompas.com - 08/07/2021, 17:33 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kasus Covid-19 di sejumlah daerah di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan, terutama Juni hingga awal Juli 2021 ini.

Bahkan, hampir setiap hari, penambahan kasus secara nasional selalu melampaui jumlah yang dilaporkan hari-hari sebelumnya.

Selama pandemi ini, banyak beredar informasi seputar virus corona dan Covid-19. 

Baca juga: Situasi Covid-19 Kian Kritis, Epidemiolog: Kalau Cuma Begini-begini Saja, Kita Akan Hancur...

Bagaimana kita menyaring informasi di dunia maya?

Menurut pengamat media sosial Enda Nasution, situasi krisis memang menyebabkan kebingungan informasi karena begitu banyak yang beredar di media sosial maupun di aplikasi pesan seperti WhatsApp.

Sehingga, diperlukan sejumlah strategi agar dapat menerima informasi-informasi itu dengan baik.

"Mungkin bisa dari orang-orang yang memang kita percaya atau memang kita pilih dari sumber-sumber yang memang bisa diverifikasi misalnya. Atau memang yang berulang kali atau datang dari beberapa sumber," kata dia, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (8/7/2021).

Dengan demikian, informasi yang kita terima adalah informasi yang benar-benar akurat dan bisa dipertanggungjawabkan.

Enda mengungkapkan, kita sebaiknya tidak langsung percaya terhadap unggahan atau konten yang ada di media sosial ataupun WhatsApp grup (WAG).

Dia mengibaratkan, "diskon" dulu kebenarannya 50 persen.

"Jadi sudah pasti jangan disebar sampai dikonfirmasi sendiri atau ada yang mengonfirmasi. Caranya ya tadi, cari sumber lain yang terpercaya, mungkin media, teman, keluarga yang lebih tahu, atau ke pakarnya langsung," ujar Enda.

Baca juga: Setelah Unduh, Jangan Sebar Sertifikat Vaksin Covid-19 ke Media Sosial

Banyak beredar unggahan soal testimoni

Secara terpisah, pakar media sosial yang juga pendiri Media Kernels Indonesia, Ismail Fahmi mengatakan, yang kini banyak beredar di media sosial salah satunya soal testimoni dan pengalaman orang yang divaksin.

Hal itu sejalan dengan digalakkannya program vaksinasi Covid-19 secara gratis oleh pemerintah.

"Dan ketika banyak informasi yang beredar berdasarkan pengalaman, kadang tentang vaksin, misalkan vaksinnya AstraZeneca, itu kan bikin panas, terus kemudian orang beropini macam-macam, padahal itu kan reaksi normal," kata Ismail.

"Nah wajar masyarakat khawatir, itu wajar. Jadi di sini ada masukan juga yang harus dilakukan pemerintah, yaitu harus menggalakkan lagi ketika pakai vaksin AstraZeneca misalnya, ini dampaknya apa," lanjut dia.

Sehingga, jika muncul informasi yang tidak jelas di media sosial, akan tersedia narasi kontra mengenai hal itu.

Ismail menyarankan, bagi mereka yang sudah memiliki kesadaran untuk mencari informasi, sebaiknya mencarinya dari sumber-sumber yang berbasis ilmu pengetahuan.

"Karena bagaimana pun banyak beredar yang sifatnya testimoni dan itu tidak ada metodologi ilmiahnya, enggak ada sainsnya. Makanya buat masyarakat jangan ikuti yang sifatnya testimoni, cari yang berbasis sains," ujar Ismail.

Baca juga: Insecure Melihat Unggahan Orang Lain di Media Sosial, Kok Bisa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com