Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Turun Kelas, Apa Dampaknya? Sulit Cari Kerja hingga Tua Sebelum Kaya

Kompas.com - 09/07/2021, 08:03 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia turun kelas menjadi negara berpendapatan menengah ke bawah (lower middle income country).

Hal ini berdasarkan laporan Bank Dunia (World Bank) pada 1 Juli 2021.

Sebelumnya, Indonesia masuk kategori negara berpendapatan menengah atas (upper middle income country) pada 2019.

Dalam laporan yang diperbarui setiap 1 Juli itu, penurunan kelas terjadi seiring dengan menurunnya pendapatan nasional bruto (GNI) per kapita pada tahun 2020.

Tahun lalu, pendapatan per kapita Indonesia sebesar 3.870 dollar AS, turun dari tahun 2019 yang sebesar 4.050 dollar AS.

Baca juga: Indonesia Turun Kelas Jadi Negara Berpenghasilan Menengah ke Bawah

Menurut Staf Khusus Presiden Joko Widodo, Arif Budimanta, pandemi menjadi penyebab turun kelasnya Indonesia.

"Sejak awal 2020 seluruh dunia termasuk Indonesia masuk ke dalam pandemi. Penyelamatan masyarakat dan kesehatan menjadi prioritas, social distancing diterapkan dengan adanya PSBB dan PPKM sehingga mobilitas masyarakat berkurang dan laju pertumbuhan ekonomi terkontraksi," kata Arif, seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (8/7/2021).

Apa dampak Indonesia turun kelas?

Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira turunnya peringkat Indonesia punya beberapa konsekuensi.

Apa saja?

1. Tertunda jadi negara maju

Bhima mengungkapkan, Indonesia kemungkinan akan lebih lama menjadi negara maju. Prosesnya menjadi tertunda.

"Seharusnya setelah upper middle income country kita menjadi high income country. Berarti untuk menjadi negara maju makin terlambat," kata Bhima kepada Kompas.com, Kamis (8/7/2021).

2. Sulit mencari lapangan pekerjaan

Dampak lainnya, Indonesia bisa saja terjebak dalam jebakan kelas menengah atau middle income trap.

Dia memperkirakan, dalam 25 tahun ke depan, Indonesia tetap menjadi negara berpendapatan menengah.

"Ini konsekuensinya mulai dari sulitnya mencari lapangan pekerjaan, karena kita juga sedang ada bonus demografi yang puncaknya 2030. Sementara anak mudanya banyak lulus dari perguruan tinggi, tetapi karena ekonominya tidak mengalami pertumbuhan siginifikan maka lapangan kerjanya menjadi sangat terbatas," ujar Bhima.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com