Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Penyebab Saturasi Tiba-tiba "Drop" pada Pasien Covid-19?

Kompas.com - 08/07/2021, 19:32 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pasien yang meninggal dunia di rumah saat menjalani isolasi mandiri (isoman) terus bertambah.

Diberitakan Kompas.id, 5 Juli 2021, menurut data LaporCovid-19, sejak Juni terdapat 311 pasien Covid-19 yang meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri.

”Secara total sejak Juni, menurut catatan kami, sudah ada 311 pasien Covid-19 yang meninggal saat menjalani isolasi mandiri, tetapi trennya tiap hari meningkat,” kata Ketua Tim Data LaporCovid-19 Said Fariz Hibban.

Baca juga: Isoman, Berapa Batas Aman Saturasi Oksigen dan Kapan Butuh Bantuan Medis?

Ada yang melaporkan pasien mengalami sesak dan gagal napas, diduga karena saturasi yang tiba-tiba menurun atau drop.

Dokter spesialis paru Konsultan Onkologi di RSUD dr. Pirngadi Medan Dr. Moh Ramadhani Soeroso, M.Ked(Paru), Sp.P-K.Onk, mengungkapkan, kondisi pasien yang memburuk secara tiba-tiba bisa karena mengalami happy hipoxia.

"Kalau pasien drop, tiba-tiba sesak napas saat isoman dan meninggal, karena pasien alami hipoksia atau gagal napas akibat parunya terinfeksi luas, yaitu bronkopneumonia bilateral atau GGO (ground glass opacity) mengenai kedua paru," kata Ramadhani kepada Kompas.com, Kamis (8/7/2021).

Hal itu bisa dideteksi ketika CT scan toraks.

Selain itu, bisa karena saluran napas kecil atau alveoli mengalami kolaps akibat penumpukan dahak yang berlebihan.

Peristiwa ini tidak hanya terjadi pada orang dengan komorbid atau penyakit bawaan.

Ramadhani mengungkapkan, hal itu bisa terjadi pada siapa saja.

"Siapa pun bisa kena bukan harus ada yang punya komorbid," ujar dia.

Baca juga: Isolasi Mandiri karena Covid-19, Ini 2 Cara Deteksi Dini Happy Hypoxia

Perburukan bisa dialami siapa saja

Sementara itu, dokter spesialis paru di RS Harapan Bunda dr. Eva Sri Diana, SpP. mengatakan semua juga bisa mengalami perburukan.

"Semua bisa, terutama yang punya komorbid atau obesitas," kata Eva kepada Kompas.com, Kamis (8/7/2021).

Dia menjelaskan, sebenarnya turunnya saturasi oksigen itu terjadi perlahan-lahan. Akan tetapi, pasien biasanya tidak mengetahuinya.

Oleh karena itu, dia menyarankan pasien isoman untuk memiliki oximeter di rumah.

Sebelumnya, Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Nasional, Brigjen TNI Purn dr Alexander K Ginting Sp.P(K), FCCP mengungkapkan, ada beberapa penyebab banyaknya pasien isoman yang meninggal dunia.

"Intinya mereka isoman yang awalnya ringan tapi tidak ada pendampingan, akhirnya perburukan, terus sepsis atau gagal napas, dan meninggal dunia," kata Alex kepada Kompas.com, Rabu (7/7/2021).

Dia menekankan perlunya pendampingan, baik pendampingan langsung maupun telemedicine.

Ketua Bidang Komunikasi Publik Satgas Penanganan Covid-19, Hery Trianto, memberikan panduan bagi pasien isoman untuk meminimalkan risiko kematian.

Berikut yang perlu diperhatikan:

  1. Selalu memakai masker dan membuang masker bekas di tempat yang ditentukan.
  2. Jika sakit (ada gejala demam, flu dan batuk), maka tetap di rumah. Jangan pergi bekerja, sekolah, ke pasar atau ke ruang publik untuk mencegah penularan masyarakat.
  3. Manfaatkan fasilitas telemedicine atau sosial media kesehatan dan hindari transportasi publik. Beritahu dokter dan perawat tentang keluhan atau gejala. Selain itu beritahu juga riwayat bekerja ke daerah terjangkit atau kontak dengan pasien Covid-19.
  4. Selama di rumah, bisa bekerja di rumah. Gunakan kamar terpisah dari anggota keluarga lainnya, dan jaga jarak 1 meter dari anggota keluarga.
  5. Tentukan pengecekan suhu harian, amati batuk dan sesak nafas. Hindari pemakaian bersama peralatan makan, peralatan mandi, dan tempat tidur.
  6. Terapkan perilaku hidup sehat dan bersih. Konsumsi makanan bergizi, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta lakukan etika batuk-bersin.
  7. Jaga kebersihan dan kesehatan rumah dengan cairan disinfektan. Selalu berada di ruang terbuka dan berjemur di bawah sinar matahari setiap pagi (kurang lebih 15-30 menit).
  8. Hubungi segera fasilitas pelayanan kesehatan jika sakit berlanjut seperti sesak nafas dan demam tinggi, untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Happy Hypoxia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com