Menurut Andi, dirinya lebih menggunakan definisi bahwa Supermoon itu terjadi jika selang waktu antara Perige dengan purnama tidak lebih dari sehari.
Sehingga Supermoon untuk tahun ini hanya 2 kali, yakni pada tanggal 27 April dan 26 Mei atau ketika Gerhana Bulan Total.
Diketahui, puncak Perige Bulan di bulan Juni ini justru terjadi pada 23 Juni 2021 pukul 17.03.58 WIB/18.03.58 WITA/19.03.58 WIT dengan jarak 359.972 km dari Bumi, iluminasi 97,5 persen dan berada di sekitar konstelasi Ofiukus.
Baca juga: UPDATE Corona 23 Juni: 5 Negara Kasus Tertinggi | WHO Prihatin dengan Pelonggaran di Euro 2020
Secara umum, Indonesia dapat menyaksikan Strawberry Supermoon ini sejak beberapa menit sebelum terbenam Matahari (24 Juni) dari arah Timur-Tenggara (arah yang sama ketika Matahari terbit saat Solstis Desember).
Kemudian, berkulminasi keesokan harinya (25 Juni) sekitar tengah malam di arah selatan dan terbenam setelah terbit Matahari di arah barat-barat daya.
Masyarakat Indonesia tak perlu khawatir, Andi mengungkapkan, fenomena Strawberry Supermoon dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia.
"Lokasinya di seluruh Indonesia," ujar Andi.
Masyarakat juga dapat menyaksikan secara langsung tanpa bantuan alat optik lain.
Mengingat waktu terbit terbenamnya Bulan berbeda-beda bergantung dari lokasi geografis dan zona waktu yang dipakai, maka waktu pengamatannya juga berbeda-beda.
Terkait durasi, fenomena Strawberry Supermoon bisa diamati seperti Bulan Purnama lainnya, yakni dari terbit Bulan saat Matahari terbenam sampai keesokan hari saat Bulan terbenam.
Ia menambahkan, jika ingin mengamati fenomena alam ini, sebaiknya obyek pandang kita tidak terhalang oleh apapun, misalnya bukit, gunung ataupun bangunan tinggi di sekeliling kita.
"Pastinya semoga cuaca juga cerah," lanjut dia.
Masyarakat juga dapat melihat live streaming Supermoon melalui aplikasi seperti Live Start Chart, Daffmoon, Sun Surveyor dan Stellarium Mobile.
Aplikasi-aplikasi tersebut dapat diakses melalui gawai atau ponsel.
Baca juga: [POPULER TREN] Penjelasan Suhu Dingin di Jakarta | Benarkah Baja Ringan Hantarkan Listrik?