Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menakar Peluang PDI-P Calonkan Puan pada Pilpres 2024...

Kompas.com - 06/06/2021, 16:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Wacana pencalon Ketua DPP PDI-P Puan Maharani pada Pilpres 2024 mulai santer bermunculan belakangan ini. 

Pada akhir Mei lalu, politis PDI-P Effendi Simbolon bahkan mengusulkan Puan Maharani berpasangan dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

"Saya punya usul, saya bilang, Mbak Puan itu dipasangkannya harus sama Anies. Jangan lagi Prabowo. Jadi Puan capres, Anies cawapres," kata Effendi dalam diskusi virtual medcom.id bertajuk "Puan Iri Hati atau Ganjar Tak Tahu Diri?", Minggu (31/5/2021).

Baca juga: Wacana Duet Puan-Anies di Pilpres 2024, Mustahil

Duet dengan Prabowo?

Selain itu, Direktur Eksekutif Indo Baromater M Qodari juga melihat adanya dua opsi jika PDI-P dan Partai Gerindra berkoalisi.

Salah satunya adalah menduetkan Prabowo dengan Puan pada Pilpres mendatang.

"Opsi yang paling memungkinkan adalah Puan Maharani, tetapi belum tahu karena perjalanan politik, pendaftaran calon masih Juni 2023, jadi dilihat dinamika dua tahun ke depan," kata Qodari.

Lantas, seberapa besar peluang pencalonan Puan pada Pilpres 2024?

Puan dan Ganjar berpeluang

Terkait wacana capres dari PDI-P, Direktur Pusat Kajian Politik (Puskapol) Universitas Indonesia (UI) Aditya Perdana mengatakan bahwa PDI-P termasuk partai yang solid secara organisasi. 

Karena kesolidan itu, ia menyebut perintah ketua umum adalah segalanya.

"Jadi kalau Bu Mega bilang pencalonan presiden menunggu waktu, berarti belum ada nama yang memang diusung oleh PDI-P," kata Aditya kepada Kompas.com, Minggu (6/6/2021).

"Jadi siapa pun nama yang digadang-gadang itu berpeluang, termasuk Puan dan Ganjar," sambungnya.

Baca juga: Puan Dinilai Punya Modal Komplet untuk Maju Pilpres 2024, tapi...

Trah Soekarno

Aditya menuturkan, di internal PDI-P memiliki dua kelompok besar, yaitu kelompok yang memandang bahwa trah Soekarno harus diteruskan dan kelompok yang bukan dari trah Soekarno, tapi bagian dari kader PDI-P.

Menurut Aditya, kelompok pertama selalu menganggap bahwa setelah Megawati, Puan-lah sosok yang akan meneruskannya.

"Yang saya dengar adalah ketika penunjukan Jokowi sebagai capres pada 2014, ada ketidakpuasan, termasuk dari Puan. Jadi kompetisi di dalam itu ada," jelas dia.

"Tapi ketika Megawati berbicara, semua ikut. Konteks yang terjadi saat ini ya mirip dengan 2014," lanjutnya.

Baca juga: Mengenang Presiden Soekarno dan Warisan Pemikirannya...

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com