Pihaknya menegaskan, bahwa kapan dan di mana terjadinya gempa dan tsunami tidak ada yang tahu.
Sementara terkait informasi tersebut, yang diharapkan adalah respon mitigasi dari masyarakat dan bukan timbulnya kepanikan.
"Masyarakat jangan panik, informasi potensi disiapkan untuk respons mitigasi bukan untuk menakuti masyarakat," ungkapnya.
Baca juga: Gempa Bumi Terlama Selama 32 Tahun Ada di Sumatera, Picu Tsunami Tahun 1861 Sepanjang 500 Km
Daryono menjelaskan, apa yang disampaikan BMKG adalah terkait potensi adanya gempa dan tsunami. Hal itu menurutnya berbeda dengan prediksi.
Pihaknya menegaskan, potensi dan prediksi adalah dua hal yang berbeda.
Potensi menerangkan adanya lokasi dan besaran ancaman bahaya. Sedangkan prediksi berarti ada lokasi, besaran ancaman bahaya dan kapan akan terjadi.
“Di sini BMKG tidak memberi info kapan. Bahkan kita tidak tahu kapan terjadinya,” ujar dia.
Ia menegaskan siapapun tidak ada yang bisa memprediksi kapan terjadinya tsunami.
Sementara potensi berarti itu bisa saja terjadi beberapa tahun ke depan, puluhan tahun hingga bahkan ratusan tahun ke depan.
“Potensi itu sama untuk semua wilayah Sumatra, Jawa, Bali, Lombok hingga Sumba, bukan Jatim saja,” ujarnya.
Pihaknya menjelaskan terkait dengan adanya potensi gempa dan tsunami di wilayah Jawa Timur sendiri menurutnya langkah yang dilakukan BMKG adalah menyiapkan masyarakat siaga tsunami.
Hal itu dapat dilakukan dengan membuat sekolah lapang gempa, memasang sirine, memasang alat penerima informasi dan warning tsunami, dan memetakan bahaya tsunami.
Selain itu juga perlunya peta landaan tsunami, memasang rambu, membantu membuat jalur evakuasi dan rekomendasi-rekomendasi mitigasi lain yang tepat.
Baca juga: Fitur Baru WhatsApp, Pengguna Bisa Percepat Pesan Suara, Ini Caranya