Diberitakan Harian Kompas (29/5/2021), tanggul penahan lumpur setinggi 3 meter di Desa Siring jebol sepanjang 15 meter.
Akibatnya, 750 rumah warga tergenang, 5.680 jiwa diungsikan, dan jalur kereta api Surabaya-Malang juga Surabaya-Banyuwangi tertutup.
Hingga saat ini, tidak ada yang bisa memastikan kapan lumpur yang berasal dari kedalaman 2.734 meter itu akan berhenti menyembur.
Mengutip arsip Harian Kompas (19/6/2006), dalam 21 hari kejadian saja sudah 90 hektar lahan yang terdiri dari sawah, tambak, juga permukiman, sudah rerendam lumpur sedalam 1-6 meter.
Ketika itu, General Manager PT Lapindo Brantas, Imam Agustino menyebut setiap harinya, sekitar 5.000 meter kubik lumpur dimuntahkan.
Bagaimana dengan hari ini, ketika lumpur sudah menyembur selama 15 tahun hingga membentuk bagian menyerupai kawah yang aktif mengeluarkan asap, di antara hamparan luapan lumpur yang telah mengering.
Baca juga: Kemenkeu Izinkan Lapindo Bayar Utang Pakai Aset, asal...
Tangkapan layar dari citra Google Maps di atas dapat membantu kita mengetahui seberapa luas area yang telah ditelan oleh lumpur panas ini.
Untuk menangani bencana ini, Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat terus menggelontorkan anggaran dalam jumlah yang tidak sedikit.
Dikutip dari Kompas.com (8/6/2020), dianggarkan dana sebesar Rp 239,7 miliar untuk penanganan lumpur ini.
Dana itu, di antaranya digunakan untuk optimalisasi pengaliran lumpur ke Kali Porong juga menjaga keandalan tanggul dan infrastruktur penopang lainnya.
Baca juga: Penanganan Lumpur Lapindo Sedot Rp 239,7 Miliar Pada 2020
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.