Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kilas Balik 15 Tahun Lumpur Lapindo, Penyebabnya Masih Misterius

Kompas.com - 31/05/2021, 19:27 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

 

Lapindo sebagai operator proyek belum memasang casing berdiameter 9 5/8 inci pada kedalaman 2.590 meter. Pemasangan casing adalah salah satu rambu keselamatan.

Menanggapi hal itu, Wakil Presiden PT Lapindo Brantas Bidang General Affairs Yuniwati Teryana membuat pernyataan tertulis. Isinya, sesuai dengan program pengeboran yang disetujui, pipa 9 5/8 inci akan dipasang 15-20 kaki (4,5-6 meter) di dalam formasi Kujung, sekitar 8.500 kaki.

Dengan pengalaman pengeboran sumur terdekat, sumur Porong-1, menurut Yuniwati, casing 50 kaki di atas formasi Kujung menimbulkan masalah loss and kick yang sulit diatasi.

”Kedalaman lapisan batuan tidak bisa diprediksi tepat. Karena itu, penentuan kedalaman pipa sangat ditentukan oleh tekanan aktual formasi dan kondisi lubang saat itu,” kata Yuniwati.

Dia menjelaskan, beberapa kali mengecek dan belum juga sampai ke formasi Kujung, pengeboran diteruskan ke 2.667 meter. Formasi Kujung tetap belum ketemu. Survei kedalaman dengan check shot dilakukan di 2.667 meter. Hasilnya tak jelas.

Dari interpretasi seismik, diduga formasi Kujung ada di 2.682 meter, 2.865 meter, bahkan paling mungkin 2.926 meter. Hingga 2.804 meter tetap belum ketemu.

Mempertimbangkan kondisi lubang saat itu, diputuskan terus mengebor hingga menembus formasi Kujung, hingga 2.865 meter—mempertimbangkan kick tolerance pengeboran maksimum.

”Namun, pada 2.833 meter telah terjadi loss,” ujar Yuniwati.

Baca juga: Tenggelam karena Lumpur Lapindo, 4 Desa di Sidoarjo Diusulkan Dihapus

Upaya menghentikan semburan

Perusahaan berupaya untuk menghentikan kebocoran gas yang diduga akibat runtuhnya dinding sumur bagian dalam ini dengan cara menginjeksi lumpur berat ke dalam sumur.

Namun, upaya itu tak mnendatangkan hasil yang optimal. Sumur pengeboran terus menyemburkan material panas dari dalam Bumi.

Lumpur terus dimuntahkan, hingga meluas ke area di sekitarnya.

Mencegah semburan lumpur membanjiri pemukiman warga, dibangun lah tanggul-tanggul penahan dari material tanah yang dikerjakan menggunakan eskavator dan alat-alat berat lainnya.

Lumpur yang tak kunjung berhenti menyembur menyebabkan beberapa kali tanggul mengalami jebol di sana-sini, karena tak kuat menahan tekanan yang ada.

Tak pelak, lumpur yang tertampung pun tumpah menerjang pemukiman warga. Tidak hanya membanjirinya, namun menenggelamkannya.

Salah satu kejadian tanggul jebol terjadi pada 10 Agustus 2006.

Baca juga: 4 Fakta Tanggul Lumpur Lapindo Ambles, Terkendala Volume Air dan Ketakutan Warga

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com