Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Fakta Penyakit Asma yang Penting Diketahui

Kompas.com - 09/05/2021, 19:45 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada peringatan Hari Asma Sedunia 2021, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengambil tema "Mengungkap Kesalahpahaman tentang Asma".

Hari Asma Sedunia biasa diperingati setiap Selasa pertama di bulan Mei. Namun sejak 2020, Global Initiative for Asthma (GINA) menetapkan Hari Asma Sedunia pada tanggal 5 Mei.

Ketua Perhimpunan Respirologi Indonesia (PERPARI), Dr. dr. Arto Yuwono Soeroto, SpPD, K-P, FCCP, FINASIM, mengatakan bahwa selama ini banyak kesalahpahaman mengenai asma.

"Kesalahpahaman terkait asma ini berakibat tidak optimalnya manfaat dari kemajuan tata laksana asma yang sekarang sudah sangat maju, dibandingkan dua dekade lalu," kata Arto, dalam pertemuan virutal di YouTube Kemenkes RI, Jumat (7/5/2021).

Baca juga: Mengenal Penyakit Asma, Gejala dan Cara Perawatannya...

Agar tidak terjadi kesalahpahaman lebih lanjut, berikut 6 fakta tentang penyakit asma.

1. Dapat terjadi pada semua usia

Asma adalah penyakit saluran napas kronik dengan gejala yang bervariasi dan sebagian berkaitan dengan keturunan.

Arto mengatakan bahwa sering ada kesalahpahaman yang menyebutkan bahwa asma hanya dapat terjadi pada kelompok usia anak.

"Asma adalah melulu penyakit pada masa kanak-kanak, ini adalah mitos," tutur Arto.

Karena kesalahpahaman ini, kelompok usia seperti lansia merasa tidak mungkin terjangkit asma.

Akhirnya orang dewasa dan lansia cenderung tidak mendapat tatanan layanan yang benar.

"Padahal faktanya, asma itu dapat mulai timbul pada usia berapa saja," imbuh dia.

Baca juga: Penyakit Asma: Gejala dan Faktor Risikonya

2. Tidak menular

Sumber atau penyebab penyakit asma sampai saat ini belum diketahui. Namun, ada beberapa hal yang bisa memicu penyakit ini.

Arto menjelaskan bahwa asma bukanlah penyakit menular.

"Asma ini sebetulnya bukan penyakit menular. Tapi, kesannya menular di masyarakat," kata dia.

Ada faktor trigger atau pencetus yang bisa memicu asma kambuh, yaitu alergi, virus, cuaca, emosi, iritan, asap, bau, dan sebagainya.

Sebaliknya, kata Arto, pemicu itulah yang sering disalahpahami sebagai penyakit menular. Misalnya flu atau batuk.

"Itu dapat menimbulkan serangan atau gejala pada penyandang asma. Jadi bukan asmanya yang menular, tapi pencetusnya yang menular, seperti flu," terang Arto.

Baca juga: Gambar Kepala Beruang Karya Leonardo Da Vinci Dihargai Rp 236 Miliar

3. Penderita dapat berolahraga

Jika penyandang asma mendapat penanganan dan tata laksana dengan baik, Arto mengatakan, dia bisa melakukan aktivitas fisik yang berat.

"Penyandang asma mampu melakukan latihan fisik dan mampu melakukan olahraga berat," kata Arto.

Arto mencontohkah salah satu pemain sepak bola asal Inggris, David Beckham.

Beckham mampu menjadi olahragawan kelas dunia meski mengidap asma.

Justru, kata Arto, ketika asma sedang tidak kambuh, maka penyandang asma harus berolahraga.

Baca juga: Jadwal Sidang Isbat Lebaran 2021 dan Cara Menentukan Hilal 1 Syawal

4. Bisa dikendalikan

Sejauh ini penyakit asma tidak dapat disembukan. Arto mengibaratkan bahwa penyakit ini sama seperti hipertensi dan diabetes dalam tubuh manusia yang terus ada.

Akan tetapi, sama halnya dengan penyakit lain, asma dapat dikendalikan, sehingga gejala tidak timbul gejala yang parah.

"Gejala ini sama sekali bisa tidak timbul. Bisa kita kendalikan sampai tidak ada keluhannya," ujar Arto.

5. Steroid dosis rendah

Lebih lanjut, Arto menyampaikan bahwa ada kesalahpahaman yang menyebut bahwa obat asma mengandung steroid dosis tinggi yang memiliki efek buruk.

Efek buruk yang dimaksud, misalnya pembengkakan mata, penggemukan badan, hipertensi, diabetes dan sebagainya.

"Faktanya, justru asma dapat dikendalikan dengan inhalasi steroid dosis rendah. Inhalasi itu artinya bisa disemprot obatnya, disedot, itu dosisnya sangat-sangat kecil dibandingkan dengan obat minum," terang Arto.

Baca juga: Lowongan Kerja Lion Air Lulusan SMA/SMK, D3 hingga S1, Pendaftaran Ditutup 31 Mei

6. Obat tidak menyebabkan ketergantungan

Pada pertemuan yang sama, Prof. Dr. dr. Bambang Supriyatn, Sp.AK., juga menyampaikan bahwa ada kesalahpahaman soal obat asma menyebabkan ketergantungan.

Obat yang dimaksud, seperti obat semprot atau hisap.

Mengenai hal ini, Bambang menjelaskan bahwa penyakit asma pada umumnya bisa terjadi berulang tiap 6 bulan sekali atau setahun sekali.

Namun dalam beberapa kasus, asma berkali-kali muncul dalam rentang waktu yang pendek.

Untuk asma membandel semacam ini, maka memang perlu obat untuk pengendaliannya.

"Itu memang dia perlu obat pengendali, dan dia bentuknya obat semprot. Supaya asmanya terkontrol, supaya asmanya tidak berat, jadi bukan ketergantungan," jelas Bambang.

Jika sudah terkontrol maka tidak perlu bantuan obat terus-menerus.

Baca juga: Viral Unggahan Efek Mabuk Makan Kecubung, Ini Penjelasan Peneliti LIPI

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Jadwal Timnas Indonesia di Semifinal Piala Asia U23: Senin 29 April 2024 Pukul 21.00 WIB

Tren
Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Duduk Perkara Kemenkop-UKM Imbau Warung Madura Tak Buka 24 Jam

Tren
Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Benarkah Pengobatan Gigitan Ular Peliharaan Tak Ditanggung BPJS Kesehatan?

Tren
Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Arkeolog Temukan Buah Ceri yang Tersimpan Utuh Dalam Botol Kaca Selama 250 Tahun

Tren
Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Beroperasi Mulai 1 Mei 2024, KA Lodaya Gunakan Rangkaian Ekonomi New Generation Stainless Steel

Tren
Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Pindah Haluan, Surya Paloh Buka-bukaan Alasan Dukung Prabowo-Gibran

Tren
3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

3 Skenario Timnas Indonesia U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Hak Angket Masih Disuarakan Usai Putusan MK, Apa Dampaknya untuk Hasil Pilpres?

Tren
Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Daftar Cagub DKI Jakarta yang Berpotensi Diusung PDI-P, Ada Ahok dan Tri Rismaharini

Tren
'Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... '

"Saya Bisa Bawa Kalian ke Final, Jadi Percayalah dan Ikuti Saya... "

Tren
Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Thailand Alami Gelombang Panas, Akankah Terjadi di Indonesia?

Tren
Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain'

Sehari 100 Kali Telepon Pacarnya, Remaja Ini Didiagnosis “Love Brain"

Tren
Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Warganet Sebut Ramadhan Tahun 2030 Bisa Terjadi 2 Kali, Ini Kata BRIN

Tren
Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Lampung Dicap Tak Aman karena Rawan Begal, Polda: Aman Terkendali

Tren
Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Diskon Tiket KAI Khusus 15 Kampus, Bisakah untuk Mahasiswa Aktif?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com